FLOODING merupakan
salah satu bentuk dari terapi perilaku, dimana pengaplikasiannya mirip dengan
bentuk exposure therapy yang
sama-sama menghadapkan client pada situasi
yang ditakutkan. Perbedaannya adalah pada exposure
therapy situasi yang menakutkan tersebut dihadapkan secara bertahap, mulai
dari tingkatan paling rendah hingga paling tinggi. Sedangkan, pada FLOODING client langsung coba dihadapkan
pada tingkat tertinggi dari situasi yang menakutkan tersebut (dibanjiri oleh
perasaan takut / negatif) yang kemudian dilakukan konfrontir mengenai ketakutan
client pada situasi tersebut.
Sebagai salah
satu teknik dari psikoterapi, FLOODING biasa
diterapkan dalam kasus phobia dan kecemasan (anxiety). Cara ini membuka ingatan pengalaman buruk client dengan tujuan mengintegrasikan
kembali emosi-emosi yang ditekan dengan kesadaran yang baru. Dalam penanganannya
pada kasus phobia, metode ini lebih cepat dalam menyembuhkan atau menghilangkan
ketakutan client apabila dibandingkan
dengan metode systematic desensitization.
Dalam situasi dan kondisi yang terkontrol serta digunakannya teknik relaksasi
psikologis dengan bantuan terapis, client
mencoba mengganti perasaan takutnya dengan teknik relaksasi yang telah
diajarkan. Perlu diketahui bahwa adrenalin dan respon ketakutan seseorang pasti
memiliki batas waktu, secara teori akhirnya seseorang akan tenang dan menyadari
bahwa ketakutannya tidak beralasan kuat dan ternyata keadaan yang ia alami saat
menghadapi ketakutannya itu adalah aman. Keuntungan dari diterapkannya metode
ini adalah cepat dan efeektif dalam menghilangkan ketakutan. Metode ini bekerja
berdasarkan prinsip classical
conditioning yang dikemukakan oleh Pavlov, dimana client merubah perilaku nya untuk menghindari stimulus yang
negatif. Melalui prinsip classical
conditioning kita dapat belajar bahwa apabila kita memiliki suatu phobia
hal tersebut dikarenakan kita mengasosiasikannya dengan objek atau stimulus
yang negatif.
Beberapa peneliti menyarankan penggunakan exposure / flooding untuk mendapat hasil
yang maksimum adalah sebagai berikut:
1.
Penggunaan durasi waktu yang tidak hanya
sebentar
2.
Sebaiknya dilakukan berulang-ulang hingga
ketakutan client benar-benar hilang
3.
Client
harus benar-benar ada dalam situasi yang client
takuti dan berinteraksi dengan objek tersebut sesering mungkin
4.
Client
harus berani melawan ketakutannya sendiri
Referensi :
Trull, T.
J., & Prinsten, M. J. (2013). Clinical Psychology. USA : Wadsworth
Tidak ada komentar:
Posting Komentar