LAPORAN PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL
Nama
Mahasiswa : Ajeng Septiana
NPM : 10514662
Tanggal
Pemeriksaan : 17
juni 2015
|
Nama
Asisten : 1. Andi
Nur Elfira
Paraf
Asisten :
|
1.
Percobaan : Indera Peraba
Nama Percobaan : Perasaan Pada Kulit
Nama Subjek Percobaan :
Ajeng Septiana
Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal
a.
Tujuan
Percobaan : Untuk mengetahui adanya reseptor
tekanan, sakit,
sentuhan, dingin dan panas pada kulit, serta mengetahui letak masing-masing
reseptor.
b.
Dasar
Teori :
Sensasi-sensasi dari badan disebut
somatosensations
(somatosensasi). Sensasi somatis lebih mengacu pada sensasi pada permukaan kulit
dan hanya tampak mengacu pada satu sistem saja yaitu indera peraba. Namun pada kenyataannya
sistem yang memediasi sensasi-sensasi badaniah atau sistem sematosensori adalah tiga sistem yang terpisah tetapi saling
berinteraksi, yakni: 1. Sistem Ekstetoreseptif,
yang mengindera stimuli eksternal yang diterapkan pada kulit; 2. Sistem Propriosif, yang memonitor
informasi tentang posisi tubuh yang datang dari reseptor-reseptor di otot,
sendi, dan organ-organ keseimbangan; 3. Sistem
Interoseptif, yang memberikan informasi tentang kondisi-kondisi dalam tubuh
(misalnya, temperatur dan tekanan darah). Dalam percobaan ini lebih dititik
beratkan pada Sistem eksteroseptif
yang mampu mengindera stimulus eksternal yang dirasakan kulit. Sistem eksteroseptif terdiri dari tiga
macam divisi yang berbeda: sebuah divisi untuk mempersepsi stimuli mekanik (perabaan),
sebuah divisi untuk stimuli thermal
(temperatur), sebuah divisi untuk stimuli nosiseptif
(rasa sakit). Organ yang berhubungan dengan indera perba disebut organon tactus yang meliputi kulit dan
alat-alat tambahan. Kulit adalah pelindung terhadap dunia luar sebagai
penghalang dari kerusakan dan kuman serta membantu membuang zat-zat yang tidak
berguna dan mengatur suhu tubuh. Kulit terdiri dari 2 lapisan, yaitu: 1. Citus, yang terdiri dari epidermis dan corium. 2. Subcutis, yang
terdiri dari Strutum Corneum dan Stratum Gemanaticum. Didalam kulit
terdapat berbagai macam organ, yakni: rambut, kelenjar, dan panca indera. Kulit
berfungsi sebagai: 1. Mekanoreseptor,
berkaitan dengan indera peraba, tekanan, getaran, dan kinetesi. 2. Thermoreseptor, berkaitan dengan
penginderaan yang mendeteksi panas dan dingin. 3. Reseptor nyeri, berkaitan
dengan mekanisme protektif bagi tubuh. Pada glabrous
atau kulit yang tidak memiliki rambut (seperti telapak tangan) memiliki 4 macam
reseptor dimana 2 diantaranya (Pacinian
Corpuscie dan Meissner Corpuscie)
sangat mudah beradaptasi dan merespon stimulasi taktil yang datang, sedangkan
reseptor Merkel dan Ruffini hanya akan merespon stimulasi
taktil yang lama. Informasi somatosensori mengalir naik dari masing-masing sisi tubuh ke
korteks manusia melalui dua jalur utama: sistem
kolom-dorsal lemniskusmedial dan sistem
antero-lateral. Dorsal-column
medial-lemniscus system cenderung membawa informasi tentang sentuhan dan propriosepsi, sedangkan sistem anterolateral system cenderung
membawa informasi tentang rasa sakit dan temperatur.
c.
Alat
yang Digunakan : Beberapa macam cairan atau larutan (Air,
alkohol 70%, dan
aseton), kain penutup mata.
d.
Jalannya
Percobaan : Praktikan diminta menutup mata dengan
menggunakan kain yang
sudah dipersiapkan, kemudian praktikan diminta untuk meniup tangannya, setelah
itu asisten akan meneteskan cairan atau larutan kemudian praktikan diminta
merasakan apa yang terjadi pada tangannya.
e.
Hasil
Percobaan :
Hasil Percobaan Sendiri:
Air : Dingin
Alkohol 70% :
Lebih dingin
Aseton :
Lebih dingin lagi
Hasil Sebenarnya:
·
Air lebih dingin dari Cuma ditiup
·
Alkohol lebih dingin dari air
·
Aseton lebih dingin dari alkohol
·
Ada
reseptor dingin pada kulit
Reseptor End Krause
·
Alkohol memiliki titik didih yang rendah
sehingga saat kena kulit alkohol cepat menguap. Selama proses penguapan alkohol
memerlukan kalor yang diambil dari tubuh, maka kulit terasa dingin.
f.
Kesimpulan : Sistem
eksteroseptif yang mampu
mengindera stimulus
eksternal yang dirasakan kulit. Sistem
eksteroseptif terdiri dari tiga macam divisi yang berbeda: sebuah divisi
untuk mempersepsi stimuli mekanik (perabaan), sebuah divisi untuk stimuli thermal (temperatur), sebuah divisi
untuk stimuli nosiseptif (rasa
sakit). Kulit adalah pelindung terhadap dunia luar sebagai penghalan dari
kerusakan dan kuman serta membantu membuang zat-zat yang tidak berguna dan
mengatur suhu tubuh. Kulit terdiri dari 2 lapisan, yaitu: 1. Citus, yang terdiri dari epidermis dan corium. 2. Subcutis, yang
terdiri dari Strutum Corneum dan Stratum Gemanaticum. Kulit berfungsi
sebagai: 1. Mekanoreseptor, berkaitan
dengan indera peraba, tekanan, getaran, dan kinestesi. 2. Thermoreseptor, berkaitan dengan penginderaan yang mendeteksi panas
dan dingin. 3. Reseptor nyeri, berkaitan dengan mekanisme protektif bagi tubuh
g.
Daftar
Pustaka : Puspitawati, I. (1999). Psikologi Faal.
Jakarta:
Universitas Gunadarma
Pinel,
J. (2009). Biopsikologi. Yogyakarta:
Pustaka
Pelajar
Atkinson. (1983). Pengantar Psikologi.
Jakarta: Erlangga
Percobaan : Indera Peraba
Nama Percobaan : Cara Kerja 3 Baskom Plastik
Nama Subjek Percobaan :
Ajeng Septiana
Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal
a.
Tujuan
Percobaan : Untuk mengetahui adanya reseptor
tekanan, sakit,
sentuhan, dingin dan panas pada kulit, serta mengethaui letak masing-masing
reseptor.
b.
Dasar
Teori : Somatosensations
atau somatosensasi
merupakan sensasi-sensasi
yang berasal dari badan. Sensasi somatis lebih mengacu pada sensasi pada
permukaan kulit dan hanya tampak mengacu pada satu sistem saja yaitu indera
peraba. Padahal kenyataannya sistem yang memediasi sensasi-sensasi badaniah
atau sistem sematosensori adalah tiga sistem yang terpisah tetapi saling
berinteraksi, yakni: 1. Sistem
Ekstetoreseptif, yang mengindera stimuli eksternal yang diterapkan pada
kulit; 2. Sistem Propriosif, yang
memonitor informasi tentang posisi tubuh yang datang dari reseptor-reseptor di
otot, sendi, dan organ-organ keseimbangan; 3. Sistem Interoseptif, yang memberikan informasi tentang
kondisi-kondisi dalam tubuh (misalnya, temperatur dan tekanan darah). pada Sistem eksteroseptif yang mampu
mengindera stimulus eksternal yang dirasakan kulit. Sistem eksteroseptif terdiri dari tiga macam divisi yang berbeda:
sebuah divisi untuk mempersepsi stimuli mekanik (perabaan), sebuah divisi untuk
stimuli thermal (temperatur), sebuah
divisi untuk stimuli nosiseptif (rasa
sakit). organon tactus merupakan
organ yang berhubungan dengan indera peraba. meliputi kulit dan alat-alat
tambahan. Kulit adalah pelindung terhadap dunia luar sebagai penghalang dari
kerusakan dan kuman serta membantu membuang zat-zat yang tidak berguna dan
mengatur suhu tubuh. Kulit terdiri dari 2 lapisan, yaitu: 1. Citus, yang terdiri dari epidermis dan corium. 2. Subcutis, yang
terdiri dari Strutum Corneum dan Stratum Gemanaticum. Didalam kulit
terdapat berbagai macam organ, yakni: rambut, kelenjar, dan panca indera. Kulit
berfungsi sebagai: 1. Mekanoreseptor,
berkaitan dengan indera peraba, tekanan, getaran, dan kinetesi. 2. Thermoreseptor, berkaitan dengan
penginderaan yang mendeteksi panas dan dingin. 3. Reseptor nyeri, berkaitan
dengan mekanisme protektif bagi tubuh. glabrous
atau kulit yang tidak memiliki rambut (seperti telapak tangan) memiliki 4 macam
reseptor dimana 2 diantaranya (Pacinian
Corpuscie dan Meissner Corpuscie)
sangat mudah beradaptasi dan merespon stimulasi taktil yang datang, sedangkan
reseptor Merkel dan Ruffini hanya akan merespon stimulasi
taktil yang lama. Informasi somatosensori mengalir naik dari masing-masing sisi tubuh
ke korteks manusia melalui dua jalur utama: sistem
kolom-dorsal lemniskusmedial dan sistem
antero-lateral. Dorsal-column
medial-lemniscus system cenderung membawa informasi tentang sentuhan dan propriosepsi, sedangkan sistem anterolateral system cenderung
membawa informasi tentang rasa sakit dan temperatur. Informasi rasa sakit dan
temperatur yang mencapai talamus akan didistribusikan ke SI (korteks somatesensori primer) dan SII (korteks somasensori sekunder), korteks pariental posterior, dan
bagian-bagian otak lainnya. Serabut saraf yang menghantarkan implus panas lebih
tebal daripada yang memnghantarkan implus dingin. Implus panas dan dingin
dihantarkan melalui tractus spino thallamicus lateralis. Bila pada satu
tempat dipanasi atau didinginkan akan timbul aliran listrik dapat menimbulkan
aliran aksi. Aliran listrik ini jadi timbul bila ada dua tempat yang berurutan
pada saraf ada perbedaan dalam suhu atau bila ada gradient. Berhubungan dengan hal ini ada pendapat bahwa reseptor thermal juga berupa akhiran saraf bebas
(free nerve ending) jadi bila suhu
reseptor lebih rendah daripada dendrit maka akan timbul potensial generator
sehingga timbul impuls yang menyebabkan rasa dingi. Sebaliknya, bila suhu
reseptor lebih tinggi dari dendrit akan timbul perasaan panas.
c.
Alat
yang Digunakan : 3 baskom plastik, air panas, air dingin, air
suhu ruangan.
d.
Jalannya
Percobaan : Praktikan diminta menutup matanya denga
kain yang telah
dipersiapkan, kemudian praktikan diminta mencelupkan kedua tangannya ke baskom
A dan baskom B yang berisi air dingin dan air panas, setelah itu praktikan
diminta mencelupkan kedua tangannya ke baskom C yang berisi air suhu ruangan.
e.
Hasil
Percobaan :
Hasil Percobaan Sendiri:
Baskom A: Dingin
Baskom B: Panas
Baskom C: Kebalikan dari
dari yang
pertama (yang
dingin menjadi
panas, dan yang panas
menjadi
dingin).
Hasil Sebenarnya:
·
Biasanya setelah dimasukan ke baskom C
tangan kanan terasa dingin dan tangan kiri terasa hangat.
·
Kulit
sebagai Thermoreseptor mendeteksi panas dan dingin.
·
Tangan
kanan terasa dingin karena adanya pengurangan kalor dari panas ke hangat.
·
Tangan
kiri terasa hangat karena adanya penambahan kalor dari dingin ke hangat.
f.
Kesimpulan : Sistem
eksteroseptif yang mampu
mengindera stimulus
eksternal yang dirasakan kulit. Sistem
eksteroseptif terdiri dari tiga macam divisi yang berbeda: sebuah divisi
untuk mempersepsi stimuli mekanik (perabaan), sebuah divisi untuk stimuli thermal (temperatur), sebuah divisi
untuk stimuli nosiseptif (rasa
sakit). Kulit adalah pelindung terhadap dunia luar sebagai penghalang dari
kerusakan dan kuman serta membantu membuang zat-zat yang tidak berguna dan
mengatur suhu tubuh. Kulit terdiri dari 2 lapisan, yaitu: 1. Citus, yang terdiri dari epidermis dan corium. 2. Subcutis, yang
terdiri dari Strutum Corneum dan Stratum Gemanaticum. Kulit berfungsi
sebagai: 1. Mekanoreseptor, berkaitan
dengan indera peraba, tekanan, getaran, dan kinetesi. 2. Thermoreseptor, berkaitan dengan penginderaan yang memndeteksi
panas dan dingin. 3. Reseptor nyeri, berkaitan dengan mekanisme protektif bagi
tubuh. glabrous atau kulit yang tidak
memiliki rambut (seperti telapak tangan) memiliki 4 macam reseptor dimana 2
diantaranya (Pacinian Corpuscie dan Meissner Corpuscie) sangat mudah
beradaptasi dan merespon stimulasi taktil yang datang, sedangkan reseptor Merkel dan Ruffini hanya akan merespon stimulasi taktil yang lama.
g.
Daftar
Pustaka :
Puspitawati, I. (1999). Psikologi
Faal.
Jakarta:
Universitas Gunadarma
Pinel,
J. (2009). Biopsikologi. Yogyakarta:
Pustaka
Pelajar
Soewolo. (2003). Fisiologi Manusia. Malang: JICA
2.
Percobaan : Indera Peraba
Nama Percobaan : Lokalisasi Taktil
Nama Subjek Percobaan :
Ajeng Septiana
Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal
a.
Tujuan
Percobaan : Untuk memahami serta mengetahui
kepekaan saraf peraba
dengan melokalisir tempat yang ditusuk ke berbagai tempat; serta mengetahui TPL
(Two Point Localization)
b.
Dasar
Teori : Sensasi yang muncul dari badan disebut
Somatosensations.
Sensasi
somatis lebih mengacu pada sensasi pada permukaan kulit dan hanya tampak
mengacu pada satu sistem saja yaitu indera peraba, namun pada kenyataannya
sistem yang memediasi sensasi-sensasi badaniah atau sistem sematosensori adalah
tiga sistem yang terpisah tetapi saling berinteraksi, yakni: 1. Sistem Ekstetoreseptif, yang mengindera
stimuli eksternal yang diterapkan pada kulit; 2. Sistem Propriosif, yang memonitor informasi tentang posisi tubuh
yang datang dari reseptor-reseptor di otot, sendi, dan organ-organ
keseimbangan; 3. Sistem Interoseptif,
yang memberikan informasi tentang kondisi-kondisi dalam tubuh (misalnya,
temperatur dan tekanan darah). Pada Sistem
eksteroseptif yang mampu mengindera stimulus eksternal yang dirasakan kulit
terdapat tiga macam divisi yang berbeda: sebuah divisi untuk mempersepsi
stimuli mekanik (perabaan), sebuah divisi untuk stimuli thermal (temperatur), sebuah divisi untuk stimuli nosiseptif (rasa sakit). Pada korteks
terdapat 2 bagian sensori somatis yaitu, primary
somatosensory cortex (SI) dan secondary
sumatosensory cortex (SII). Keruskan
pada bagian SI menyebabkan
hilangnya kemampuan untuk mendeteksi sentuhan yang ringan, mendeteksi posisi
sambungan (contohnya ujung jari telunjuk kanan ditemukan dengan ujung jari
telunjuk kiri), dan mendeteksi dengan tepat tempat tempat dimana seseorang
disentuh (disentuh jari kelingking tetapi menurutnya yang disentuh adalah jari
tengah), serta muncul hambatan stereognosis
(tidak dapat mengidentifikasi objek melalui sentuhan, misalkan diminta
mengidentifikasi bentuk kubus dengan (mata tertutup) tetapi dikatakan berbentuk
bola, Medan-medan reseptif banyak neuron di korteks somatosensori primer seperti medan-medan reseptif neuron-neuron
sistem saaraf dapat dibagi menjadi daerah-daerah eksitatorik dan inhibitorik
yang responsif terhadap sentuhan ringan. Kerusakan pada SI bersifat unilateral
dan dan akibatnya bersifat kontralateral
(bila korteks bagian kanan yang rusak maka yang akan terpengaruh adalah bagian
tubuh sebelah kiri, begitu juga sebaliknya) dan sifanya hanya ringan kecuali
apabila yang mengalami kerusakan itu berkaitan dengan saraf-saraf di bagian
tangan. Bila kerusakan pada sebelah bagian otak menyebabkan disfungsi pada
kedua bagian tubuh (bilateral, baik bagian kiri ataupun kanan), maka hal
tersebut adalah tanda-tanda kerusakan pada bagian SII (secondary somatosensory cortex). Seseorang yang mengalami hambatan
dalam mengenali suatu objek melalui sentuhan (seperti stereognosis) , tetapi tidak ada kelainan dalam intelektual maupun
dalam saraf-saraf sensorisnya maka ia mengalami asterognosia. Kelainan ini berkaitan dengan asomatognosia, yaitu kegagalan untuk mengenali bagian tubuhnya
sendiri. Asomatognosia umumnya
berkaitan dengan kerusakan hemisfer
sebelah kanan.
c.
Alat
yang Digunakan : Spidol dan penggaris
d.
Jalannya
Percobaan : Praktikan diminta menutup matanya
dengan menggunakan kain
yang telah dipersiapkan, kemudian asisiten akan memberikan spidol kepada
praktikan, asisten akan menusukan spidol ke tangan praktikan dan praktikan
diminta menusukan spidolnya ke tempat yang diarasa asisten telah tusukan secara
cepat. Setelah 3 kali percobaan, asisten akan mengukur jarak hasil dan
praktikan diminta mencatat hasilnya.
e.
Hasil
Percobaan :
Hasil Percobaan Sendiri:
Pertama: 1,3 cm
Kedua: 1,1 cm
Ketiga: 1,5 cm
Hasil Sebenarnya:
·
Bila
jarak kurang dari 5 cm Saraf
peraba baik.
·
Bila
jarak lebih dari 5 cm Saraf peraba
kurang baik.
·
TPL
(Two Point Localization) lebih peka pada bagian yang menonjol
(hidung, mata, bibir, ujung jari, telinga dll)
·
Jarak
yang asisten tusuk dan yang praktikan dapat tergatung waktu.
f.
Kesimpulan :
Pada korteks terdapat 2 bagian sensori
somatis yaitu, primary somatosensory cortex (SI) dan secondary sumatosensory cortex (SII).
Keruskan pada bagian SI menyebabkan hilangnya kemampuan untuk
mendeteksi sentuhan yang ringan, mendeteksi posisi sambungan (contohnya ujung
jari telunjuk kanan ditemukan dengan ujung jari telunjuk kiri), dan mendeteksi
dengan tepat tempat tempat dimana seseorang disentuh (disentuh jari kelingking
tetapi menurutnya yang disentuh adalah jari tengah), serta muncul hambatan stereognosis (tidak dapat
mengidentifikasi objek melalui sentuhan TPL (two point localization) lebih peka
pada bagian yang menonjol
seperti hidung, bibir, mata, ujung jari, da telinga, sehingga apabila kita
melakukan percobaan di wajah lebih peka dan tepat daripada di lengan.
g.
Daftar
Pustaka :
Puspitawati, I. (1999). Psikologi
Faal.
Jakarta:
Universitas Gunadarma
Pinel,
J. (2009). Biopsikologi. Yogyakarta:
Pustaka
Pelajar
Guyton and Hall.
(1997). Fisiologi
Kedokteran.
Jakarta: CV. EGC
3.
Percobaan : Indera Peraba
Nama Percobaan : Daya Membedakan Sifat Benda
Nama Subjek Percobaan :
Ajeng Septiana
Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal
a.
Tujuan
Percobaan : Untuk membuktikan kepekaan syaraf
peraba terhadap
kehalusan benda sampai kekasaran benda; serta bentuk-bentuk benda (streognostik)
b.
Dasar
Teori :
Akhiran syaraf yang mengelilingi
folliculus
pada rambut adalah reseptor taktil. Pada tempat-tempat dimana tidak terdapat
rambut tetapi dalam kepekaan besar terhadap stimulus taktil ternyata terdapat
banyak corpusculum tractus. Sering
dikatakan bahwa meniscus tractus juga
merupakan suatu reseptor taktil. Perasaan taktil terbagi menjadi 2 yaitu: 1.
Perasaan taktil yang halus, kepekaan terhadap taktil halus diketahui dengan
menentukan jarak terdekat antara dua titik di kulit yang sekaligus distimulasi
dan masih dapat dibedakan sebagai dua titik. Impuls taktil ini dihantarkan
melalui fasciculus gracillis cuneatus. 2. Perasaan taktil kasar, impuls taktil ini
dihantarkan melalui tractus
spinothalamicus anterior. Sensasi taktil yang terdiri dari raba, tekanan,
dan getaran sering di golongkan sebagai sensasi terpisah, mereka semua dideteksi
oleh jenis reseptor yang sama. Perbedaan diantara ketiganya adalah: 1. Sensasi
Raba, umumnya disebabkan oleh reseptor taktil dalam kulit atau di dalam
jaringan tepat di bawah kulit. 2. Sensasi Tekanan, biasanya disebabkan oleh
perubahan bentuk jaringan yang lebih dalam. 3. Sensasi Getaran, disebabkan oleh
sinyal sensori yang berulang dengan cepat, tetapi menggunakan beberapa jenis
reseptor yang sama seperti yang di gunakan untuk raba dan tekanan. Pada tempat
yang tidak terdapat rambut tetapi dengan kepekaan yang besar terdapat stimulus
taktil, ternyata terdapat banyak corpuscullum
tactus. Diduga bahwa miniscus tactus
juga merupakan reseptor taktil.
c.
Alat
yang Digunakan : Saputangan besar, kain (berbagai macam
dari yang halus samapi
yang kasar)
d.
Jalannya
Percobaan : Praktikan diminta mmenutup matanya
dengan mneggunakan
kain/sapu tangan besar yang telah dipersiapkan, kemudian asisten akan
memberikan beberapa macam kain baik mulai dari yang halus sampai yang kasar
secara acak, praktikan diminta menentukan kain urutan kain mulai dari yang
paling halus hingga yang paling kasar.
e.
Hasil
Percobaan : Hasil Percobaan Sendiri:
1. Putih
2. Hitam
3. Pink
4. Peach
5. Hijau
Hasil Sebenarnya:
1. Hitam
2. Pink
3. Peach
4. Putih
5. Hijau
f.
Kesimpulan : Akhiran saraf yang mengelilingi
folliculus
pada rambut adalah reseptor taktil. Perasaan taktil terbagi menjadi 2 yaitu: 1.
Perasaan taktil yang halus, kepekaan terhadap taktil halus diketahui dengan
menentukan jarak terdekat antara dua titik di kulit yang sekaligus distimulasi
dan masih dapat dibedakan sebagai dua titik. Impuls taktil ini dihantarkan
melalui fasciculus gracillis cuneatus. 2. Perasaan taktil kasar, impuls taktil ini
dihantarkan melalui tractus
spinothalamicus anterior. Sensasi taktil yang terdiri dari raba, tekanan,
dan getaran sering di golongkan sebagai sensasi terpisah, mereka semua
dideteksi oleh jenis reseptor yang sama. Kepekaan kulit terhadap taktil halus
dapat diketahui dengan menentukan jarak terdekat antara dua titikdi kulit yang
sekaligus distimulasi dan masih dapat dibedakan sebagai dua titik. Sensasi
taktil yang didapatkan dengan cara di raba, tekanan dan getaran sering
digolongkan sebagai sensasi terpisah, itu semua dideteksi oleh reseptor yang sama.
g.
Daftar
Pustaka : Puspitawati, I. (1999). Psikologi Faal.
Jakarta:
Universitas Gunadarma
Pinel,
J. (2009). Biopsikologi. Yogyakarta:
Pustaka
Pelajar
Evelyn, C. (2000). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.
Jakarta: PT. Gramedia
Percobaan : Indera Peraba
Nama Percobaan : Daya Membedakan Sifat Benda
Nama Subjek Percobaan :
Ajeng Septiana
Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal
a.
Tujuan
Percobaan : Untuk membuktikan kepekaan saraf
peraba terhadap
kehalusan benda sampai kekasaran benda; serta bentuk-bentuk benda (streognostik)
b.
Dasar
Teori :
Reseptor taktil merupakann akhiran saraf
yang mengelilingi folliculus pada rambut. Tempat-tempat
yang tidak terdapat rambut tetapi dalam kepekaan besar terhadap stimulus taktil
ternyata terdapat banyak corpusculum
tractus. Sering dikatakan bahwa meniscus tractus juga merupakan suatu
reseptor taktil. Pada dasarnya perasaan taktil terbagi menjadi 2 yaitu: 1.
Perasaan taktil yang halus, kepekaan terhadap taktil halus diketahui dengan
menentukan jarak terdekat antara dua titik di kulit yang sekaligus distimulasi
dan masih dapat dibedakan sebagai dua titik. Impuls taktil ini dihantarkan
melalui fasciculus gracillis cuneatus. 2. Perasaan taktil kasar, impuls taktil ini
dihantarkan melalui tractus
spinothalamicus anterior. Sensasi taktil yang terdiri dari raba, tekanan,
dan getaran sering di golongkan sebagai sensasi terpisah, mereka semua
dideteksi oleh jenis reseptor yang sama. Perbedaan diantara ketiganya adalah:
1. Sensasi Raba, umumnya disebabkan oleh reseptor taktil dalam kulit atau di
dalam jaringan tepat di bawah kulit. 2. Sensasi Tekanan, biasanya disebabkan
oleh perubahan bentuk jaringan yang lebih dalam. 3. Sensasi Getaran, disebabkan
oleh sinyal sensori yang berulang dengan cepat, tetapi menggunakan beberapa
jenis reseptor yang sama seperti yang di gunakan untuk raba dan tekanan. Kita
dapat membedakan benda-benda tanpa melihat bentuknya. Dalam hal ini yang
berperan adalah reseptor kinaesthesi.
Bentuk dan berat benda dapat dibedakan dengan reseptor tekanan yang digeserkan.
c.
Alat
yang Digunakan : Sapu tangan besar, berbagai macam bentuk
balok (kubus, silinder,
lingkaran, segitiga, kerucut)
d.
Jalannya
Percobaan : Praktikan diminta menutup matanya
menggunakan sapu tangan
besar yang telah dipersiapkan, kemudian asisten akan memberikan beberapa balok
ke tangan praktikan, praktikan diminta merasakan dan mengira-ngira bentuk apa dari balok tersebut.
e.
Hasil
Percobaan : Benar: 4
Salah: 1
f.
Kesimpulan : Reseptor taktil merupakann akhiran syaraf
yang mengelilingi
folliculus pada rambut. Pada dasarnya
perasaan taktil terbagi menjadi 2 yaitu: 1. Perasaan taktil yang halus,
kepekaan terhadap taktil halus diketahui dengan menentukan jarak terdekat
antara dua titik di kulit yang sekaligus distimulasi dan masih dapat dibedakan
sebagai dua titik. Impuls taktil ini dihantarkan melalui fasciculus gracillis cuneatus.
2. Perasaan taktil kasar, impuls taktil ini dihantarkan melalui tractus spinothalamicus anterior. Kita
dapat membedakan benda-benda tanpa melihat bentuknya. Dalam hal ini yang
berperan adalah reseptor kinaesthesi.
Bentuk dan berat benda dapat dibedakan dengan reseptor tekanan yang digeserkan.
Streognostik sendiri merupakan
kepekaan pada kulit yang berambut terhadap stimulus yang besar, sehingga diduga
bahwa akhiran dari syaraf yang mengelilingi folliculus
rambut adalah reseptor taktil, itu sebabnya kita dapat membedakan benda tanpa
melihat langsung bentuknya.
g.
Daftar
Pustaka : Puspitawati, I. (1999). Psikologi Faal.
Jakarta:
Universitas Gunadarma
Pinel,
J. (2009). Biopsikologi. Yogyakarta:
Pustaka
Pelajar
Guyton and Hall.
(1997). Fisiologi
Kedokteran.
Jakarta: CV. EGC
4.
Percobaan : Indera Peraba
Nama Percobaan : Gerak Refleks
Nama Subjek Percobaan :
Ajeng Septiana
Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal
a.
Tujuan
Percobaan : Untuk mengetahui adanya gerakan-gerakan
refleks pada otot.
b.
Dasar
Teori :
Gerak adalah suatu tanggapan terhadap
rangsangan baik itu
dari dalam tubuh ataupun dari luar tubuh. Gerak merupakan pola koordinasi yang
sangat sederhana untuk menjelaskan penghantaran impuls oleh syaraf. Tubuh kita
selalu melakukan gerakan, baik yang disadari ataupun yang tidak disadari. Saat
tersenyum, mengedipkan mata, dan bernapas sesungguhnya telah terjadi gerakan
yang disebabkan karena kontraksi otot. Gerak terjadi dengan mekanisme rumit dan
melibatkan banyak bagian tubuh. Seluruh mekanisme gerak tidak terlepas dari
peran sistem saraf. Sistem saraf tersusun dari jaringan saraf yang di dalamnya
terdapat sel-sel saraf atau neuron. Sistem saraf tersusun atas 2 jenis sel,
yaitu: 1. Sel saraf sensorik, sel yang memawa impuls yang berupa rangsagan dari
reseptor (penerima rangsangan) ke sistem syaraf pusat (otak dan sumsum tulang
belakang). Sel saraf sensorik disebut juga dengan sel saraf indera karena
berhubungan langsung dengan indera. 2. Sel syaraf motorik, berfungsi membawa
impuls berupa tanggapan dari susunan saraf pusat (otak atau sumsum tulang
belakang) menuju kelenjar tubuh. Sel syaraf motorik disebut juga sel syaraf
penggerak karena berghubungan erat dengan otot sebagai alat gerak. 3. Sel
syaraf penghubung, disebut juga sel syaraf konektor dikarenakan fungsinya yang
meneruskan rangsangan daris sel syaraf sensorik ke sel syaraf motorik. Pada
hakikatnya sistem syaraf dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu saraf sadar yang
terdiri dari saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang) dan saraf tepi
(saraf-saraf yang berada di luar sistem syaraf pusat), serta saraf tidak sadar
yang terdiri dari saraf simpatis dan
saraf parasimpatis.
c.
Alat
yang Digunakan : Sebuah martil refleks dengan bagian depan
terbuat dari karet.
d.
Jalannya
Percobaan : Praktikan diminta untuk duduk di ujung
meja dengan lutut kaki
tergantung rileks, kemudian asisten akan mengetukan martil ke lutut praktikan,
praktikan diminta merasaka apa yang terjadi.
e.
Hasil
Percobaan : Hasil Percobaan Sendiri:
Setelah dipukul martil lutut refleks
bergerak dan terasa seperti tersetrum.
Hasil Sebenarnya:
·
Lutut
yang dipukul dengan martil refleks secara spontan akan bergerak sendiri ada gerak refleks
·
Namun
tidak harus bergerak terasa
seperti tersetrum
f.
Kesimpulan : Gerak adalah suatu tanggapan terhadap
rangsangan baik itu
dari dalam tubuh ataupun dari luar
tubuh. Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan
penghantaran impuls oleh saraf. Gerak terjadi dengan mekanisme rumit dan
melibatkan banyak bagian tubuh. Seluruh mekanisme gerak tidak terlepas dari
peran sistem saraf. Gerak refleks terjadi dimulai dari stimulus yang menerima respon,
kemudia impuls dibawa oleh saraf sensorik menuju sumsum tulang belakang,
kemudian impuls tersebut dibawa kembali oleh saraf motorik, kemudian akan
diterima oleh efektor maka terjadilah respon atau tangggapan.
g.
Daftar
Pustaka : Puspitawati, I. (1999). Psikologi Faal.
Jakarta:
Universitas Gunadarma
Pinel,
J. (2009). Biopsikologi. Yogyakarta:
Pustaka
Pelajar
Atkinson. (1983). Pengantar Psikologi.
Jakarta: Erlangga