Jumat, 31 Maret 2017

Pendekatan Psikoterapi Berdasarkan 3 Mazhab (Psikoanalisa, Behaviorisme, dan Humanistik)

 v  Psikoanalisa / Psychodynamic
Fokus dari pendekatan ini adalah merubah perasaan, pemikiran, maupun perilaku  yang bermasalah dengan cara menemukan inti permasalahan dan mengetahui motivasi klien melalui alam bawah sadar atau ketidaksadarannya.
1.      Katarsis
Merupakan salah satu bentuk terapi dengan melepaskan ketegangan emosional atas suatu pengalaman emosional yang kuat atau peristiwa traumatik yang ditekan.
2.      Free Assosiation
Merupakan salah satu metode dalam Psikoanalisa yang menggunakan cara verbalisasi atas pemikiran-pemikiran yang muncul tanpa ada upaya perubahan secara sadar, tanpa adanya hambatan maupun kritikan. Klien secara bebas dapat mengungkapkan apapun yang ingin dikemukakan.
3.      Analisis Mimpi
Merupakan salah satu metode dalam Psikoanalisa yang berfokus pada mimpi klien, hal tersebut dikarenakan Freud menganggap bahwa mimpi muncul saat proses tidur dan saat-saat tidur itulah pertahanan kesadaran manusia berada dalam titik terendah, sehingga munculah simbol-simbol ketidaksadaran yang dapat mengungkap inti permasalahan klien.
4.      Transference
Merupakan proses saat klien mentransfer perasaan-perasaan dan fantasi klien mengenai seseorang yang dekat dengan dirinya terhadap terapis.
5.      Hipnosis
Merupakan suatu prosedur dimana seorang praktisi mensugestikan sensasi, persepsi, pikiran, perasaan, ataupun perilaku pada klien. Dalam hipnosis ini klien berbicara secara bebas dan jujur mengenai dirinya dan pengalamannya di masa lalu. Perlu diketahui bahwa kualitas hipnosis ini lebih ditentukan oleh keadaan atau kualitas usaha dari klien dibandingkan keterampilan dari terapis, selain itu orang yang terhipnosis dalam hal ini klien tidak dapat dipaksa untuk melakukan hal yang bertentangan dengan keinginan mereka sendiri. Dengan kata lain kualitas atau berhasil tidaknya proses hipnosis ini bergantung pada diri klien, jika klien memiliki kognisi atau keinginan kuat untuk mengingat hal dari masa lalu nya maka kemungkinan besar permasalahan klien dimasa lalu dapat terungkap melalu proses hipnosis ini.
6.      Kleinian Psychodynamic Therapy
Pendekatan ini didasarkan oleh teori yang dikemukakan oleh Klein, yaitu teori relasi objek. Proses ketidaksadaran akan pengalaman di masa kanak-kanak awal adalah hal yang ditekankan dalam pendekatan ini. Namun, fokus utamanya adalah hubungan klien dengan orang terdekat atau orang yang berpengaruh bagi hidupnya. Apakah hubungan tersebut buruk atau pun memuaskan akan mempengaruhi cara berpikir dan perilaku klien terhadap orang-orang di kehidupannya pada masa yang akan datang. Maka hal tersebut dapat berdampak pada kemampuan klien saat berinteraksi atau membangun relasi dengan lingkungannya.
7.      Psychodynamic Group Therapies
Jung dan Adler adalah tokoh-tokoh yang percaya akan kegunaan besar dari terapi kelompok ini. Klien-klien yang cocok dengan terapi ini adalah mereka yang bisa dan memiliki motivasi untuk bekerja sama dalam kelompok.
8.      Terapi Analitik  (Jung)
Terapi analitik ini membagi dua ketidaksadaran, yakni ketidaksadaran personal dan ketidaksadaran kolektif.terapi ini mencangkup analisis pengalihan peran, imajinasi aktif, dan analisis mimpi. Jung juga sangat tertarik untuk menangani klien di usia paruh kedua mereka.

 v  Behaviorisme
Fokus dari pendekatan ini adalah proses pembelajaran dalam kehidupan klien. Proses belajar tersebut berkaitan dengan perkembangan diri seseorang baik dengan perilaku normal maupun abnormal.
1.      Classical Conditioning. (Pavlov)
Proses belajar ini didasarkan oleh dua prinsip yaitu, asosiasi yang berkelanjutan (contoh bunyi bel yang selalu diikuti oleh makanan) dan hukum latihan (pengulangan pemasangan). Proses yang tidak kalah penting adalah Extinction, generalisation, dan discrimination.
2.      Systematic Desensitizing.
Terapi ini didasarkan oleh penemuan dari Watson dan Rayner, yaitu membuat suatu kondisi yang menyebabkan seseorang anak takut kepada tikus saat sedang memainkannya, dengan cara membuat suara kencang saat anak tersebut bermain. Kemudian terdapat penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Jones (1925) yang menyebutkan bahwa kondisi takut yang dialami seorang anak terhadap suatu objek juga dapat dikurangi dengan mengasosiasikan objek yang ditakutkan tersebut dengan respon yang menyenangkan.
3.      Operant coditioning. (E.L Thorndike)
Cara ini mengajarkan seseorang untuk menghindari perilaku-perilaku yang dapat menyebabkan konsekuensi yang tidak menyenangkan. Maka konsekuensi-konsekuesni tersebut akan menentukan apakah suatu perilaku akan diulang atau tidak. Apabila suatu perilaku dilakukan berulang maka kemungkinan besar konsekuensi yang didapatkan adalah hal yang menyenangkan atau menguntungkan, sedangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan akan menyebabkan seseorang tidak mengulangi suatu perilaku.
4.      Aversion therapy
Terapi ini meningkatkan level ketakutan seseorang yang diasosiasikan dengan perilaku yang tidak menyenangkan. Misalnya takut untuk kembali mencoba narkoba atau alkohol karena dapat menyebabkan kecanduan yang berkepanjangan bahkan kematian.
5.      Cognitive behavioral therapy.
Fokus dari terapi ini adalah cara berpikir terhadap keadaan saat ini, bukan masa lalu. Asumsi umum terapi ini adalah interaksi dengan lingkungan dilakukan setelah proses interpretasi dan menyimpulkan hal-hal yang terjadi pada kita.
6.      Gradual exposure
Salah satu bentuk terapi yang dapat digunakan dalam in vivo maupun imaginal exposure, terapi ini memberikan perpindahan yang bertahap mulai dari ketakutan paling rendah sampai ketakutan paling tinggi.
7.      Modeling
Adalah salah satu metode terapi dimana klien belajar berbagai kemampuan baru dengan cara melakukan imitasi terhadap orang lain, dan biasanya dilakukan tapa adanya arahan verbal secara langsung dari terapis.
8.      Token economy
Pada dasarnya cara ini dibentuk untuk digunakan di institusi, karena biasanya staf kurang dapat menggunakan rewards yang diberikan secara langsung setelah terget tercapai. Maka solusinya rewards tersebut digantikan dengan hal-hal yang dapat dimanfaatkan langsung oleh staf setelah target tercapai, misalnya mendapat waktu istirahat tambahan atau lebih cepat setelah pekerjaan selesai dengan hasil yang memuaskan.
9.      Rational Emotive Behavioral Threrapy (Albert Ellis)
Terapi yang fokus pada pemecahan atau penyelesaian permasalahan emosional maupun perilaku, sehingga memungkinkan memberikan dampak yang baik bagi klien, misalnya lebih bahagia dan menikmati hidup.
10.  Terapi Multimodal ( Arnold Lazarus)
Secara teknis terapi ini bersifat ekletik, menggunakan berbagai macam teknik / metode yang dipilih berdasarkan data empirik dan kebutuhan dari klien itu sendiri.

 v  Humanistik
Fokus dari pendekatan ini adalah menekankan pada kapasitas atau kemampuan klien untuk membuat pilihan-pilihan yang rasioanal dan pengembangan potensi yang klien miliki secara maksimal.
1.      Client-Centered Therapy. (C. Rogers)
Terapis membantu klien menyelesaikan permasalahannya dengan cara menunjukan potensi dan ketertarikan dari diri klien sendiri. Fokus dari pendekatan ini adalah memfasilitasi klien dalam mengembangkan dirinya sendiri. Fokus pada hal-hal saat ini, bukan pada kejadian masa lalu. Terapis hanya berperan sebagai pendengar yang mampu merefleksikan perasaan, pemikiran dan perilaku klien serta memberikan bimbimngan atas alternatif pilihan pemecahan masalah, kemudian klien sendiri yang memutuskan cara mana yang harus ia pilih untuk memecahkan masalah nya tersebut.
2.      Gestalt therapy
Menekankan pentingnya kepedulian diri klien terhadap keadaan dan situasi saat ini dan bertanggungjawab atas diri klien sendiri. Hal ini didasarkan oleh anggapan bahwa salah satu penyebab mental disorder adalah tidak adanya kepedulian dan kesadaran akan diri sendiri. Biasanya terapi ini digunakan dalam kelompok, tujuannya untuk membuat tiap-tiap klien memiliki kesadaran dan kepedulian akan siapa dirinya, apa yang mereka rasakan, dan mendorong tanggungjawab mereka untuk membuat keputusannya sendiri.
3.      Existential therapy
Fokus pada kebebasan, determinasi diri, dan pencarian makna.
4.      Transactional Analysis (Eric Berne)
Memfokuskan pada cara klien untuk mengontrol situasi sosial dengan mengembangkan keadaan ego nya. Mengajarkan klien untuk mengorganisasikan dan memahami ego nya serta bagaimana hal tersebut dapat digunakan dalam suatu keadaan untuk menarik perhatian orang lain.
5.      Logotherapy (Frankl)
Logoterapi ini mengajarkan klien untuk bertanggung jawab dalam menemukan makna, memberikan berbagai pilihan, dan menganalis mimpi.
6.      Therapy Realitas (William Glasser)
Tujuan dari terapi ini adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan-keinginan klien, mengajarkan, merencanakan, dan melatih berbagai perilaku yang dibutuhkan klien agar berhasil.
7.      Terapi Eksistensial (Irfan Yalom)
Tujuan dari terapi ini adalah untuk membuat klien mampu mengatasi berbagai macam kecemasan yang berhubungan dengan 4 fokus utama eksistensi manusia, yaitu kematian, kebebasan, isolasi dan tanpa kebermaknaan. Fokus terapi ini adalah keadaan saat ini yang berhubungan dengan ketakutan-ketakutan klien saat ini.


Referensi

Cave, S. (1999). Therapeutic approaches in Psychology. NY: Psychology Press
Wagner, A.P. (2002). Worried no more. NY: Lighthouse, inc.
Wade, C., & Tavris, C. (2015). Psikologi. Jakarta: Erlangga
http://www.apa.org/topics/therapy/psychotherapy-approaches.aspx