v Psikoanalisa /
Psychodynamic
Fokus dari pendekatan ini adalah merubah perasaan,
pemikiran, maupun perilaku yang
bermasalah dengan cara menemukan inti permasalahan dan mengetahui motivasi
klien melalui alam bawah sadar atau ketidaksadarannya.
1.
Katarsis
Merupakan salah satu bentuk
terapi dengan melepaskan ketegangan emosional atas suatu pengalaman emosional
yang kuat atau peristiwa traumatik yang ditekan.
2.
Free Assosiation
Merupakan salah satu
metode dalam Psikoanalisa yang menggunakan cara verbalisasi atas
pemikiran-pemikiran yang muncul tanpa ada upaya perubahan secara sadar, tanpa
adanya hambatan maupun kritikan. Klien secara bebas dapat mengungkapkan apapun
yang ingin dikemukakan.
3.
Analisis Mimpi
Merupakan salah satu
metode dalam Psikoanalisa yang berfokus pada mimpi klien, hal tersebut
dikarenakan Freud menganggap bahwa mimpi muncul saat proses tidur dan saat-saat
tidur itulah pertahanan kesadaran manusia berada dalam titik terendah, sehingga
munculah simbol-simbol ketidaksadaran yang dapat mengungkap inti permasalahan
klien.
4.
Transference
Merupakan proses saat
klien mentransfer perasaan-perasaan dan fantasi klien mengenai seseorang yang
dekat dengan dirinya terhadap terapis.
5.
Hipnosis
Merupakan suatu prosedur
dimana seorang praktisi mensugestikan sensasi, persepsi, pikiran, perasaan,
ataupun perilaku pada klien. Dalam hipnosis ini klien berbicara secara bebas
dan jujur mengenai dirinya dan pengalamannya di masa lalu. Perlu diketahui
bahwa kualitas hipnosis ini lebih ditentukan oleh keadaan atau kualitas usaha
dari klien dibandingkan keterampilan dari terapis, selain itu orang yang
terhipnosis dalam hal ini klien tidak dapat dipaksa untuk melakukan hal yang
bertentangan dengan keinginan mereka sendiri. Dengan kata lain kualitas atau
berhasil tidaknya proses hipnosis ini bergantung pada diri klien, jika klien
memiliki kognisi atau keinginan kuat untuk mengingat hal dari masa lalu nya maka
kemungkinan besar permasalahan klien dimasa lalu dapat terungkap melalu proses
hipnosis ini.
6.
Kleinian Psychodynamic Therapy
Pendekatan ini
didasarkan oleh teori yang dikemukakan oleh Klein, yaitu teori relasi objek. Proses
ketidaksadaran akan pengalaman di masa kanak-kanak awal adalah hal yang
ditekankan dalam pendekatan ini. Namun, fokus utamanya adalah hubungan klien
dengan orang terdekat atau orang yang berpengaruh bagi hidupnya. Apakah
hubungan tersebut buruk atau pun memuaskan akan mempengaruhi cara berpikir dan
perilaku klien terhadap orang-orang di kehidupannya pada masa yang akan datang.
Maka hal tersebut dapat berdampak pada kemampuan klien saat berinteraksi atau
membangun relasi dengan lingkungannya.
7.
Psychodynamic Group Therapies
Jung dan Adler adalah
tokoh-tokoh yang percaya akan kegunaan besar dari terapi kelompok ini. Klien-klien
yang cocok dengan terapi ini adalah mereka yang bisa dan memiliki motivasi
untuk bekerja sama dalam kelompok.
8.
Terapi Analitik (Jung)
Terapi analitik ini
membagi dua ketidaksadaran, yakni ketidaksadaran personal dan ketidaksadaran
kolektif.terapi ini mencangkup analisis pengalihan peran, imajinasi aktif, dan
analisis mimpi. Jung juga sangat tertarik untuk menangani klien di usia paruh
kedua mereka.
v Behaviorisme
Fokus dari pendekatan ini adalah proses pembelajaran
dalam kehidupan klien. Proses belajar tersebut berkaitan dengan perkembangan
diri seseorang baik dengan perilaku normal maupun abnormal.
1.
Classical Conditioning. (Pavlov)
Proses belajar ini
didasarkan oleh dua prinsip yaitu, asosiasi yang berkelanjutan (contoh bunyi
bel yang selalu diikuti oleh makanan) dan hukum latihan (pengulangan pemasangan).
Proses yang tidak kalah penting adalah Extinction, generalisation, dan discrimination.
2.
Systematic Desensitizing.
Terapi ini didasarkan
oleh penemuan dari Watson dan Rayner, yaitu membuat suatu kondisi yang
menyebabkan seseorang anak takut kepada tikus saat sedang memainkannya, dengan
cara membuat suara kencang saat anak tersebut bermain. Kemudian terdapat
penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Jones (1925) yang menyebutkan bahwa
kondisi takut yang dialami seorang anak terhadap suatu objek juga dapat
dikurangi dengan mengasosiasikan objek yang ditakutkan tersebut dengan respon
yang menyenangkan.
3.
Operant
coditioning. (E.L Thorndike)
Cara ini mengajarkan seseorang
untuk menghindari perilaku-perilaku yang dapat menyebabkan konsekuensi yang
tidak menyenangkan. Maka konsekuensi-konsekuesni tersebut akan menentukan
apakah suatu perilaku akan diulang atau tidak. Apabila suatu perilaku dilakukan
berulang maka kemungkinan besar konsekuensi yang didapatkan adalah hal yang
menyenangkan atau menguntungkan, sedangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan
akan menyebabkan seseorang tidak mengulangi suatu perilaku.
4.
Aversion therapy
Terapi ini meningkatkan
level ketakutan seseorang yang diasosiasikan dengan perilaku yang tidak
menyenangkan. Misalnya takut untuk kembali mencoba narkoba atau alkohol karena
dapat menyebabkan kecanduan yang berkepanjangan bahkan kematian.
5.
Cognitive
behavioral therapy.
Fokus dari terapi ini adalah
cara berpikir terhadap keadaan saat ini, bukan masa lalu. Asumsi umum terapi
ini adalah interaksi dengan lingkungan dilakukan setelah proses interpretasi
dan menyimpulkan hal-hal yang terjadi pada kita.
6.
Gradual exposure
Salah satu bentuk
terapi yang dapat digunakan dalam in vivo maupun imaginal exposure, terapi ini
memberikan perpindahan yang bertahap mulai dari ketakutan paling rendah sampai
ketakutan paling tinggi.
7.
Modeling
Adalah salah satu metode
terapi dimana klien belajar berbagai kemampuan baru dengan cara melakukan
imitasi terhadap orang lain, dan biasanya dilakukan tapa adanya arahan verbal
secara langsung dari terapis.
8.
Token economy
Pada dasarnya cara ini
dibentuk untuk digunakan di institusi, karena biasanya staf kurang dapat
menggunakan rewards yang diberikan secara langsung setelah terget tercapai.
Maka solusinya rewards tersebut digantikan dengan hal-hal yang dapat
dimanfaatkan langsung oleh staf setelah target tercapai, misalnya mendapat
waktu istirahat tambahan atau lebih cepat setelah pekerjaan selesai dengan
hasil yang memuaskan.
9.
Rational Emotive
Behavioral Threrapy (Albert Ellis)
Terapi yang fokus pada
pemecahan atau penyelesaian permasalahan emosional maupun perilaku, sehingga
memungkinkan memberikan dampak yang baik bagi klien, misalnya lebih bahagia dan
menikmati hidup.
10. Terapi Multimodal ( Arnold Lazarus)
Secara teknis terapi
ini bersifat ekletik, menggunakan berbagai macam teknik / metode yang dipilih
berdasarkan data empirik dan kebutuhan dari klien itu sendiri.
v Humanistik
Fokus dari pendekatan ini adalah menekankan pada
kapasitas atau kemampuan klien untuk membuat pilihan-pilihan yang rasioanal dan
pengembangan potensi yang klien miliki secara maksimal.
1.
Client-Centered
Therapy. (C. Rogers)
Terapis membantu klien
menyelesaikan permasalahannya dengan cara menunjukan potensi dan ketertarikan
dari diri klien sendiri. Fokus dari pendekatan ini adalah memfasilitasi klien
dalam mengembangkan dirinya sendiri. Fokus pada hal-hal saat ini, bukan pada
kejadian masa lalu. Terapis hanya berperan sebagai pendengar yang mampu
merefleksikan perasaan, pemikiran dan perilaku klien serta memberikan
bimbimngan atas alternatif pilihan pemecahan masalah, kemudian klien sendiri
yang memutuskan cara mana yang harus ia pilih untuk memecahkan masalah nya
tersebut.
2.
Gestalt therapy
Menekankan pentingnya
kepedulian diri klien terhadap keadaan dan situasi saat ini dan bertanggungjawab
atas diri klien sendiri. Hal ini didasarkan oleh anggapan bahwa salah satu
penyebab mental disorder adalah tidak adanya kepedulian dan kesadaran akan diri
sendiri. Biasanya terapi ini digunakan dalam kelompok, tujuannya untuk membuat tiap-tiap
klien memiliki kesadaran dan kepedulian akan siapa dirinya, apa yang mereka
rasakan, dan mendorong tanggungjawab mereka untuk membuat keputusannya sendiri.
3.
Existential
therapy
Fokus pada kebebasan,
determinasi diri, dan pencarian makna.
4.
Transactional Analysis (Eric Berne)
Memfokuskan pada cara klien untuk mengontrol situasi sosial dengan
mengembangkan keadaan ego nya. Mengajarkan klien untuk mengorganisasikan dan
memahami ego nya serta bagaimana hal tersebut dapat digunakan dalam suatu
keadaan untuk menarik perhatian orang lain.
5.
Logotherapy (Frankl)
Logoterapi ini mengajarkan klien untuk bertanggung jawab dalam menemukan
makna, memberikan berbagai pilihan, dan menganalis mimpi.
6.
Therapy Realitas (William Glasser)
Tujuan dari terapi ini adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan dan
keinginan-keinginan klien, mengajarkan, merencanakan, dan melatih berbagai
perilaku yang dibutuhkan klien agar berhasil.
7.
Terapi Eksistensial (Irfan Yalom)
Tujuan dari terapi ini
adalah untuk membuat klien mampu mengatasi berbagai macam kecemasan yang
berhubungan dengan 4 fokus utama eksistensi manusia, yaitu kematian, kebebasan,
isolasi dan tanpa kebermaknaan. Fokus terapi ini adalah keadaan saat ini yang
berhubungan dengan ketakutan-ketakutan klien saat ini.
Referensi
Cave, S. (1999). Therapeutic approaches in Psychology. NY:
Psychology Press
Wagner, A.P. (2002). Worried no more. NY: Lighthouse, inc.
Wade, C., & Tavris,
C. (2015). Psikologi. Jakarta:
Erlangga
http://www.apa.org/topics/therapy/psychotherapy-approaches.aspx
http://www.apa.org/topics/therapy/psychotherapy-approaches.aspx