Minggu, 14 Juni 2015

Potensi Belajar dan Berbahasa pada Anak

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak  mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Proses pembelajaran merupakan salah satu unsur penting untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran. Ketika proses pembelajaran berlangsung, terjadi interaksi antara guru dengan siswa yang memungkinkan bagi guru untuk dapat mengenali karakteristik serta potensi yang dimiliki siswa. Demikian pula sebaliknya, pada saat pembelajaran siswa memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya sehingga potensi tersebut dapat dioptimalkan. oleh karena itu, pendidikana bukan lagi memberikan stimulus akan tetapi usaha mengembangkan potensi yang dimiliki.
Untuk dapat mengenali dan mengembangkan potensi siswa tentunya dalam proses pembelajaran perlu pembelajaran yang bersifat aktif. Pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru tetapi berpusat pada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator serta pembimbing. Dengan demikian, siswa memiliki kesempatan yang luas untuk mengembangkan kemampuannya seperti mengemukakan pendapat, berpikir kritis, menyampaikan ide atau gagasan dan sebagainya.
Dalam hal ini guru perlu menerapkan pembelajaran 4 yang mampu meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga diperoleh hasil belajar yang optimal. Motivasi merupakan salah satu hal penting dalam proses pembelajaran. Siswa yang memiliki motivasi tinggi tentunya akan bersemangat dalam pembelajaran dan sungguh-sungguh dalam belajarnya.
Anak yang mengalami perkembangan bahasa dengan sendirinya juga mengalami perkembangan potensi belajar lain. Hal tersebut dikarenakan perkembangan bahasa dapat dilihat dari sejauh mana tingkat perkembangan intelegensi, emosi, fantasi dan perkembangan lainnya.
Pada hakikatnya, anak manusia, ketika dilahirkan telah dibekali dengan bermacam-macam potensi yakni kemungkinan-kemungkinan untuk berkembang yang belum merupakan kenyataan yang terpola untuk menghadapi lingkungannya.
Potensi bahasa merupakan salah satu potensi yang harus dikembangkan pada anak prasekolah karena dengan kemampuan berbahasa yang baik, anak tidak saja dapat berkembang dalam bidang akademik tetapi anak mampu pula berinteraksi secara baik dalam lingkungan sosialnya.
Membantu proses perkembangan bahasa pada anak prasekolah perlu diawali dengan pemahaman kita tentang dunia anak, kemampuan-kemampuan bahasa anak, faktor-faktor yang mungkin dapat mempengaruhi proses perkembangan bahasa anak, dan sebagainya. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah melalui proses pendidikan baik di rumah maupun di sekolah.

1.1  Rumusan Masalah
Berdasarkan topik dan latar belakang  tentang “Potensi Belajar dan Berbahasa Anak”, maka dapat dirumuskan ha-hal sebagai berikut:
1)      Apa yang dimaksud dengan Potensi?
2)      Apa saja jenis-jenis potensi belajar?
3)      Langkah apa saja yang harus dilakukan orangtua untuk mengembangkan potensi anak-anaknya?
4)      Apa saja tujuan pendidikan?
5)      Bagaimana perkembangan berbahasa pada anak?
6)      Apa fungsi perkembangan berbahasa pada anak?
7)      Bagaimana cara atau metode mengajar agar kemampuan berbahasa anak dapat terus meningkat?

1.2  Tujuan Penulisan
Sehubungan dengan masalah di atas, tujuan penulisan makalah dengan judul “Potensi Belajar dan Berbahasa pada Anak” adalah:
1)      Ingin mengetahui arti dari potensi.
2)      Ingin mengetahui jenis-jenis potensi belajar.
3)      Ingin mengetahui langkah yang harus dilakukan orang tua untuk mengembangkan potensi anaknya.
4)      Ingin mengetahui tujuan pendidikan.
5)      Ingin mengetahui perkembangan berbahasa pada anak.
6)      Ingin mengetahui fungsi perkembangan pada anak.
7)      Ingin mengetahui cara atau metode untuk mengembangkan potensi berbahasa pada anak.







BAB II
PEMBAHASAN
Potensi Belajar dan Berbahasa Anak
2.1           Pengertian Potensi
  Sejak dilahirkan setiap individu telah diberikan bekal luar biasa oleh Tuhan berupa kemampuan yang biasa disebut insting. Selain bekal kemampuan berupa insting, individu juga mendapat bekal beupa bibit, benih, atau biasa disebut potensi yang memiliki kemungkinan besar untuk dapat berkembang. Potensi disebut juga dengan istilah pembawaan. Jadi yang dimaksud dengan anak atau siswa yang berpembawaan adalah siswa yang memiliki potensi dengan kemampuan berkembang yang baik, sehingga dapat diharapkan bisa mendapat hasil yang memuaskan dalam pencapaian tujuan pendidikan.
Menurut Ngalim Purwanto (1984:18) mengatakan potensi adalah seluruh kemungkinan atau kesanggupan-kesanggupan yang terdapat pada suatu individu dan selama masa perkembangannya benar-benar dapat diwujudkan. Potensi belajar yang ada dalam diri seorang anak tidak sama dnegan potensi yang dimiliki orang lain. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan Agus Soejono (1980:36) mengatakan bahwa potensi seseorang tidak sama dengan potensi yang dimiliki orang lainn. Seseorang bisa saja lebih tajam pikirannya, atau lebih halus perasaannya, atau lebih kuat kemampuannya atau lebih tegap daripada yang lain. Dengan begitu jelaslah bahwa potensi itu bersifat beraneka ragam, berbeda serta bervariasi. Potensi seseorang berbeda dengan orang lain dalam jenis dan tinggi rendahnya.

2.2           Jenis-jenis potensi belajar yang terdapat dalam diri anak atau siswa
  Terdapat lima potensi yang harus dikembangkan dalam mendidik anak, yaitu: potensi jasmani, potensi spiritual, potensi akal, potensi perasaan, potensi sosial.
1.    Potensi Jasmaniah
Potensi jasmaniah merupakan jasmani yang sehat dengan panca idera yang normal yang secara fiisologi bkerja sama dengan sitem syaraf dan kejiwaan. Potensi ini memerlukan gizi dan berbagai vitamin termasuk udara yang bersih dan lingkungan yang sehat. Jika sebagian kebutuhan ini tidak dapat tercukupi, maka tubuh orang tersebut akan lemah bahkan berpotensi menimbulkan penyakit.
2.    Potensi Rohaniah
Potensi ini meliputi segi pikir, rasa, karsa, karya maupun budi luhur nurani. Potensi rohaniah ini membutuhkan kesadaran cinta kasih, kesadaran keagamaan, dan nilai-nilai budaya supaya kepribadian kita sehat dan sejahtera. Selain itu rohani kita juga harus tenang, sabar, optimis, mempercayai orang lain, bahkan mencintai sesama manusia, tidak iir hati, tidak menyimpan rasa benci atau dendam dan sebagainya. Pembagian potensi tersebut didasarkan kepada U. Noorsyan (1980 : 131) yang membagi potensi menjadi sebagai berikut:
1.         Potensi jasmaniah; phisik, badan, dan panca indra yang sehat (normal).
2.         Potensi piker (akal, rasio, intelegensi, intelektual).
3.         Potensi rasa (perasaan, emosi) baik perasaan eti-moral maupun perasaan estetis.
4.         Potensi karsa (kehendak, kemauan, keinginan, hasrat atau kecenderungan-  
kecenderungan nafsu, termasuk prakarsa).
5.         Potensi cipta (daya cipta, kreativitas, fantasi, khayal dan imajinasi).
6.         Potensi karya (kemampuan menghasilkan kerja).
7.         Potensi budi nurani (kesadaran budi, hati nurani, kata hati).
Ketujuh potensi diatas dapat dikelompokkan kepada potensi jasmaniah dan potensi rohaniah yang dapat dikembangkan wujud manusia seutuhnya dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan.

2.3           Menggali dan Mengembangkan Potensi Anak
 Menyediakan alternatif sarana bermain lain yang kebih edukatif, misalnya dengan menambah koleksi buku dan alat menggambar adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengembangkan potensi anak. Berikut ini merupakan 9 langkah yang harus orang tua lakukan sebagai pengembang utama potensi yang ada dalam diri anak-anaknya:
1.      Syukuri anak sebagai karunia terbesar.
2.      Buatlah dia merasa dicintai, disayangi dan dikasihi.
3.      Bangkitkan minat dan motivasi belajarnya.
4.      Pahami dan hargai setiap anak sebagai individu yang baik.
5.      Beri kesempatan untuk memilih dan membuat keputusan.
6.      Doronglah anak untuk mencari informasi di luar rumah.
7.      Jangan matikan harapan dan cita-cita anak.
8.      Tunjukan penghargaan dan penghormatan kepada usahanya walaupun tampak sepele.
9.      Jalin hubungan yang kondusif antara orang tua, sekolah dan lingkungannya.
Setiap anak adalah unik karena perilaku anak memang khas dan dapat melakukan hal-hal yang tidak terduga. Setiap anak memiliki karakter tersendiri. Oleh karena itu, setiap orang tua harus memahami sehingga orang tua akan sadar terhadap keunikan anaknya tersebut. Untuk dapat mengembangkan potensi pada anak, orang tua harus pandai membangkitkan motivasi dan minat anak pada kegiatan dan belajarnya. Dengan anak semakain termotivasi maka anak akan menyadari bahwa ia bisa mengembangkan kemampuannya. Berilah kesempatan anak untuk berani memilih dan membuat setiap keputusan sendiri dalam melakukan setiap kegiatan atau belajarnya. Berilah keleluasan anak untuk berani memilih diantara pilihan. Orang tua bisa membantu bagaimana pilihan yang baik itu sehingga anak tidak terjebak pada hal-hal negatif. Informasi sangat penting untuk menunjang kemampuan kita. Untuk itu doronglah anak untuk aktif mencari kebutuhan informasi yang dapat menunjang potensinya. Hal tersebut bisa dimulai dengan informasi tokoh-tokoh yang sukses pada bidangnya atau bagaimana upaya agar dapat menjadi sukses seperti itu. Harga setiap pilihan cita-cita anak. Orang tua jangan terlalu memaksakan pilihannya sehingga anak akan merasa tidak bersemangat lagi untuk meraih harapan dan cita-citanya. Jangan sampai orang tua malah mematikan harapan anak dan mencela setiiap pilihan anak. Hargai dan berilah penghormatan untuk apa yang telah anak kerjakan walau hanya sekecil mungkin. Sehingga anak akan merasa tersanjung dan merasa dihargai kerja kerasnya. Sukses tidaknya potensi anak juga bergantung pada kondisi sekitarnya, baik dirumah, sekolah ataupun lingkungan lainnya. Maka dari itu jalinlah hubungan yang harmonis dan membangun sehingga semuanya bisa selaras untuk bersama-sama mewadahi potensi anak agar berkembang dan terus meningkat.

2.4           Pengaruh Perkembangan Potensi Anak Terhadap Pencapaian Tujuan Pendidikan
Masing-masing anak memiliki potensi yang berbeda-beda baik dalam kualitas atau dalam bidang dari potensi-potensi itu sendiri. Namun potensi-potensi tersebut memberi kemungkunan besar kepada para anak atau siswa untuk dapat berkembang menjadi sesuatu. Ada yang memiliki kemampuan untuk mengembangkannya dan ada juga yang kurang mampu mengembangkan potensinya kemampuan mengembangkan potensi ini beraitan dengan kemampuan belajarnya. Anak atau siswa yang memiliki kemampuan lebih untuk bisa mengembagkan potensinya akan lebih mudah dan lebih cepat belajar daripada siswa mempunyai kemampuan mengembangkan potensi yang kurang.
Potensi belajar yang ada dalam diri anak dapat berkembang untuk mencapai tujuan pendidikan jika terdapat kesempatan dan perangsang. Jika seseorang berpotensi baik dan ditunjang dengan adanya pengaruh yang memberikan dorongan yang cukup dan kesempatan yang besar maka potensi itu akan berkembang hingga tingkat optimal untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu diantaranya:
1.      Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan gerakan-gerakan. Perkembangan motorik inilah yang memberikan kemungkinan bagi siswa untuk dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Menurut Agu Sujanto (1984:76) orangtua / guru dan para pemimpin dapat membantu anak atau siwanya dengan cara:
-          Melatih melakukan kewajiban-kewajiban yang sesuai dengan keadaan jasmani dan rohani.
-          Melatih melakukan peraturan-peraturan keluarga/sekolah.
-          Melatih dan menyertakan gerakan-gerakan yang benar dan baik, dengan cara olah raga, menari dan berbagai permainan lain.
2.      Perkembangan Intelegensi
Pada awal masa sekolah tingkat berfikir anak atau siswa masih bersifat konkrit. Artinya masih erat hubungannya dengan benda ataupun hal-hal yang nyata. Lama-kelamaan kemampuan berfikir siswa akan mengalami perkembangan yang pesat dengan ciri-ciri sikap kritis, realis dan logis. Maka tugas pokok dari pendidikan dasar (masa sekolah) harus memberikan dasar yang kokoh dalam hal membaca, menulis dan berhitung. Karena ketiga kemampuan ini merupakan dasar bagi segala macam ilmu yang akan diterima dan dialami siswa kelak dalam rangka perkembangan berfikirnya.
3.      Perkembangan Emosi
Pada awalnya anak atau siswa hanya mengalami senang atau sedih, semakin lama perasaan itu dikembangkan menjadi perasaan-perasaan lain seperti menyesal, kasihan/iba, marah, jengkel, simpati, bersalah dan sebagainya. Hal tersebut disebabkan oleh pengalaman yang makin bervariasi dalam bertingkah laku. Hal itu berguna untuk menerima pelajaran sekolah karena akan memudahkan bahan pengetahuan yang diberikan oleh gurunya.
4.      Perkembangan Karsa
Perkembangan karsa atau perkembangan kemauan / keinginan ini biasanya berkaitan erat dengan suatu kebutuhan dari anak atau siswa itu sendiri. Terkadang keinginan anak atau siswa demikian mendesak menurut pemenuhan. Untuk mengetahui kebutuhannya, maka anak atau siswa akan lebih rajin belajar/bekerja, ulet dan tabah menghadapi segla tantangan.
5.      Perkembangan Fantasi
Fantasi berkembang pada usia kurang lebih tiga tahun, dan mengalami perkembangan yang pesat pada masa kanak-kanak. Pada masa itu anak-anak akan gemar bermain permainan-permainan fantasi dan gemar sekali cerita-cerita hayalan.
6.      Perkembangan Kesusilaan/Agama
Penanaman norma-norma kesusilaan dan agama merupakan masalah yang abstrak, sedangkan siswa hidup dalam tingkat berfikir konkrit di dalam kehidupan logikanya dan realitanya. Mereka tidak dapat menerima sesuatu di luar pikirannya, ia akan selalu meminta bukti konkrit untuk mendapatkan kebenaran atas informasi yang baru ia dapat. Serta kebenran itu harus dapat didapatnya dengan alat indera seperti mata, telinga, alat peraba Tupun pengecapnya. Karena masalahnya yang abstrak maka penanama kesusilaan dan kehendak menghendaki untuk memberikan contoh yang konkrit daripada memerintah, mengharuskan, memaksa dan sebagainya.
7.      Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa tidak dialami sama cepatnya pada masing-masing anak atau siswa. Ada yang cepat kemajuannya, ada juga yang lambat perkembangannya. Untuk mencapai kesanggupan berbahasa ini harus melalui latihan-latihan, kesempatan yang cukup serta taraf-taraf tertentu. Pada masa sekolah, kehidupan sosial  siswa akan terus bertambah luas, ia akan menyadari bahwa bahasa merupakan alat yang penting untuk kesatuan kelompok, dengan menyadari hal tersebut menyebabkan motivasinya menjadi lebih besar untuk belajar berbahasa lebih baik lagi. Jadi anak yang mengalami perkembangan bahasa dengan sendirinya juga mengalami perkembangan potensi belajar lain. Hal tersebut dikarenakan perkembangan bahasa dapat dilihat dari sejauh mana tingkat perkembangan intelegensi, emosi, fantasi dan perkembangan lainnya.

2.5           Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan salah satu komponen utama dalam berfikir. Hampir tidak mungkin manusia berfikir tanpa menggunakan bahasa, dan melalui bahasa, pikiran manusia dapat ditamilkan. Bahasa juga dapat membedakan manusia dari makhluk lainnya. Menurut Piaget salah satu ahli psikologi kognitif, bahasa adalah salah satu cara yang utama untuk mengekspresika pikiran, dan dalam seluruh perkembangan, pikiran selalu mengdahului bahasa. Bahasa meruapakan salah satu dari perangkat sistem kognitif manusia. Ia juga menekanan bahwa anak adalah makhluk yang aktif dan adaptif namun bersifat egosentris yang proses berfikirnya sangat berbeda dengan orang deawasa, maka pengalamn belajar harus disesuaikan dengan pengalaman mereka. Sedangkan Vigotsky berpendapat bahwa perkembangan bahasa seiring dengan perkembangan kognitif, bahkan saling melengkapi, keduanya berkembang dalam satu lingkup sosial. Vygotsky mengungkapkan bahwa bahasa dalam bentuk yang paling awalpun memiliki dasar sosial.
Sebagai alat komunikasi bahasa merupakan sarana yang sangat penting dalam kehidupan anak. Disamping itu bahasa juga merupakan alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang lain yang sekaligus berfungsi untuk memahami pikiran dan persaan orang lain. Selain itu bahasa juga merupakan pintu gerbang ilmu pengethauan, dengan berbahasa anak dapat berkomunikasi dengan sesama. Anak adalah makhluk peniru (imitator), ia mencontoh orang lain disepanjang kehidupannya. Kemampuan imitasi menjadi modal penting dalam perkembangan bahasanya. Anak senang meniru bunyi-bunyi tertentu ataupun ucapan-ucapan orang-orang disekitarnya.

2.6           Penggunaan Kata, Kalimat dan Tata Bahasa
Sejak usia 2 tahun anak banyak mendengar kata-kata atau sudah memliki kosakata yang luas. Gangguan pendengaran menyebabkan kemampuan anak untuk mencocokan suara dengan huruf menjadi terlambat. Bahasa anak menjadi bahasa orang dewasa setelah anak mencapai usia 3 tahun. Pada saat itu ia sudah mengetahui perbedaan antara saya, kamu dan kita. Pada usia 4-6 tahun kemampuan bahasa akan berkembang sejalan dengan rasa ingin tahu serta rasa antusias yang tinggi, sehingga timbul pertanyaan-pertanyaan dari anak dengan kemampuan bahasanya. Kemampuan berbahasa juga akan terus berkembang sesuai dengan intensitas anak pada teman sebayanya. Hal ini mengimpikasikan perlunya anak untuk memiliki kesempatan yang luas dalam menentukan sosialisasi dengan teman-temannya. Anak senang belajar menulis namanya sendiri atau kata-kata yang berhubungan dengan sesuatu yang bermakna baginya.
Antara usia 4-5 tahun kalimat anak sudah terdiir dari empat atau lima kata. Mereka juga mampu menggunakan kata depan seperti di bawah, di atas, di dalam dan di samping. Antara 5 sampai 6 tahun kalimat anak sudaj terdiri dari enam sampai delapan kata. Mereka juga sudah dapat mengetahui lawan kata. Mereka juga dapat menggunakan kata penghubung, kata depan dan kata sandang. Pada masa akhir usia prasekolah anak umumnya sudah mampu berkata-kata sederhana dan berbahasa sederhana, cara bicara mereka telah lancar, dapat dimengerti dan cukup mengikuti tatabahasa walaupun masih kerap melakukan kesalahan bahasa.

2.7           Berbicara untuk Berkomunikasi
Jika anak telah menguasai kata-kata, kalimat dan tata bahasa, mereka juga akan dapat berkomunikasi dengan baik dan lebih efektif. Salah satu fungsi berbicara adalah untuk mengobrol (social speech). Mengobrol adalah salah satu ekspresi kebutuhan akan orang lain dan dipergunakan untuk mngadakan dan mempertahankan komunikasi bersama mereka. Pada anak-anak usia prasekolah , jika mereka tidak mau berkomunikasi bukan selalu berarti mereka tidak mampu berbicara tetapi lebih banyak karena mereka tidak mau.

2.8           Pengembangan Bahasa di Taman Kanak-kanak
Bahasa merupakan salah satu program kegiatan belajar di Taman kanak-kanak dalam rangka pengembangan kemampuan dasar yang bertujuan agar anak didik mampu berkomnuikasi secara lisan dengan lingkungan. Dalam pelaksanaannya, pembelajaran untuk pengembangan aspek bahasa  tidak dapat berdiri sendiri, melainkan berhubungan dengan aspek lain, karen apembelajaran di TK adalah pembelajaran terpadu, yang artinya semua saling terkait dan saling mendukung.
Pengembangan kemampuan berbahasa di Taman Kanak-Kanak bertujuan agar anak didik mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungan. Fungsi pengembangan kemampuan berbahasa bagi anak Taman Kanak-Kanak antara lain:
a. Sebagai alat untuk berkomunikasi dengan lingkungan
b. Sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan intelektual anak
c. Sebagai alat untuk mengembangkan ekspresi anak
d. Sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain.
Sesuai dengan tujuan yang diharapkan maka pengembangan kemampuan berbahasa disusun sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan anak. Adapun ruang lingkup pengembangan kemampuan berbahasa adalah:
-          Menirukan kembali urutan kata, urutan angka (latihan pendengaran)
-          Mengikuti beberapa perintah sekaligus
-    Menggunakan dan dapat menjawab pertanyaan apa, mengapa, dimana, berapa, bagaimana dan sebagainya
-          Menyanyikan beberapa lagu anak
-          Mengucapkan beberapa sajak sederhana
-          Mengenal kata-kata yang menunjukkan posisi
-  Menunjuk, menyebut dan memperagakan gerakan-gerakan yang sederhana, misalnya duduk, jongkok, berlari, makan, menangis.
-          Bercerita tentang kejadian disekitarnya secara sederhana
-          Menjawab pertanyaan tentang cerita pendek yang sudah diceritakan
-          Menceritakan kembali isi cerita sederhana yang sudah diceritakan guru
-          Memberi keterangan / informasi tentang sesuatu hal
-          Memberi batasan beberapa kata/benda
-          Mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri
-          Melengkapi kalimat sederhana yang sudah dimulai oleh guru
-          Melanjutkan cerita/sajak yang sudah dimulai guru
-  Menyebutkan sebanyak-banyaknya nama benda, binatang, tanaman yang  mempunyai warna, bentu, atau menurut ciri-ciri tertentu
-          Menyebutkan sebanyak-banyaknya kegunaan dari suatu benda
-          Membayangkan akibat dari suatu kejadian yang belum tentu terjadi
-          Menceritakan gambar yang telah disediakan
-          Bercerita tentang gambar yang dibuat sendiri
-          Mengekspresikan diri melalui dramatisasi
-          Mengucapkan suku kata dalam nyanyian
-          Mengenal suara huruf awal dari kata yang berarti
-          Mengenal bunyi huruf akhir dari kata-kata yang berarti
-     Membuat sebanyak-banyaknya kata dari suku kata awal yang disediakan dalam bentuk lisan
-          Mengenal kebalikan, misalnya : siang-malam, gelap-terang
-          Menggunakan kata ganti aku atau saya
Dalam pelaksanaan pengembangan kemampuan berbahasa dapat menggunakan metode/teknik mengajar antara lain sebagai berikut :
1.      Bercerita Pengembangan Bahasa Anak 8
2.      Permainan Bahasa
3.      Sandiwara Boneka
4.      Bercakap-cakap
5.      Tanya jawab
6.      Dramatisasi
7.      Mengucapkan syair
8.      Bermain peran
9.      Karyawisata
Dalam mengembangkan kemampuan berbahasa, perlu memberi kesempatan pada anak untuk berbicara satu sama lain, namun lazimnya dalam kalimat-kalimat pendek dan tidak utuh. Anak juga memerlukan rangsangan-rangsangan seperti mendengarkan cerita-cerita pendek, melihat-lihat buku gambar dan mendengarkan lagu-lagu sederhana. Selain dari itu, guru dituntut pula untuk senantiasa memberi kesempatan kepada anak untuk menanyakan, membicarakan dan mengeksplorasi berbagai hal yang menarik bagi anak. Hendaklah sejak dini anak-anak dilatih untuk berbahasa dengan baik yaitu dengan melatih anak untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mengungkapkan pikirannya, dan diharapkan anak tidak diam tetapi anak yang aktif dalam berbagai kegiatan.
Dalam menggunakan metode/teknik untuk mengembangkan kemampuan berbahasa, guru dapat memilih salah satu atau gabungan dari beberapa metode yang sesuai dengan kemampuan yang ingin dicapai, fasilitas kegiatan belajar mengajar yang disajikan, dan disesuaikan pula dengan bahan pengembangan dan kebutuhan minat, kemampuan anak serta lingkungannya. Seorang guru juga harus benar-benar menguasai bahasa dan pandai berbicara. Dengan pengetahuan yang memadai serta kemampuan guru untuk memilih teknik pembelajaran yang tepat bagi upaya pengembangan kemampuan berbahasa anak, diharapkan anak dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.









BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
      Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan di bab sebelumnya, kita dapat menyimpulkan bahwa sejak dilahirkan setiap individu telah diberikan bekal luar biasa oleh Tuhan berupa kemampuan yang biasa disebut insting dan potensi. Potensi adalah seluruh kemungkinan atau kesanggupan-kesanggupan yang terdapat pada suatu individu dan selama masa perkembangannya benar-benar dapat diwujudkan. Pembagian atau jenis-jenis potensi sendiri beragam, dan dalam perkembangan potensi tersebut peran orang tua atau pendidik sangat mempengaruhi.
          Masing-masing anak memiliki potensi yang berbeda-beda baik dalam kualitas atau dalam bidang dari potensi-potensi itu sendiri. Potensi belajar yang ada dalam diri anak dapat berkembang untuk mencapai tujuan pendidikan jika terdapat kesempatan dan perangsang. Tujuan pendidikan itu sendiri terdiri dari perkembangan motorik, intelegensi, emosi, karsa, fantasi, kesusilaan, serta perkembnagan bahasa.
           Bahasa adalah salah satu cara yang utama untuk mengekspresikan pikiran, dan dalam seluruh perkembangan, pikiran selalu mengdahului bahasa. Anak yang mengalami perkembangan bahasa dengan sendirinya juga mengalami perkembangan potensi belajar lain. Hal tersebut dikarenakan perkembangan bahasa dapat dilihat dari sejauh mana tingkat perkembangan intelegensi, emosi, fantasi dan perkembangan lainnya. Sebagai alat komunikasi bahasa merupakan sarana yang sangat penting dalam kehidupan anak. Disamping itu bahasa juga merupakan alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang lain yang sekaligus berfungsi untuk memahami pikiran dan persaan orang lain. Selain itu bahasa juga merupakan pintu gerbang ilmu pengethauan, dengan berbahasa anak dapat berkomunikasi dengan sesama. Kemampuan imitasi menjadi modal penting dalam perkembangan bahasanya. Anak senang meniru bunyi-bunyi tertentu ataupun ucapan-ucapan orang-orang disekitarnya.

3.2 Saran-saran
      Agar potensi dalam diri anak dapat berkembang dengan baik diperlukan pembinaan. Pembinaan ini datangnya dari luar diri anak atau siswa, yaitu lingkungan. Lingkungan tersebut termasuk lingkungan pendidikan dan lingkungan tempat tinggal.
    Para pendidik baik orang tua ataupun guru harus dapat menemukan potensi-potensi belajar apa saja yang dimiliki abak atau siswa, serta harus berusaha untuk mengembangkannya, karena pendidikan merupakan tempat yang memberikan kesempatan kepada kemungkinan-kemungkinan (potensi) yang ada pada seorang siswa untuk berkembang.
    Usahakan untuk menciptakan suasana yang nyaman untuk poses pengembangan potensi belajar ataupun potensi berbahasa anak atau siswa. Bangun motivasi mereka agar mau terus semangat mengembangkan potensi yang dimiliki secara aktif. 








DAFTAR PUSTAKA

Agus Soejono, 1980. Pendahuluan Ilmu Pendidikan Umum. Bandung : CV. Ilmu

Agus Sujamto, 1984. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Aksara Baru

Ngalim Purwanto, M. 1984. Psikologi Pendidikan. Bandung : CV. Remaja Karya.

Hadis, Fawzia Aswin, (tt). Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan


Hurlock, Elizabert B. (1978). Child Development. Sixth Edition. New York : Mc. Graw Hill. Inc.