BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Proses pembelajaran
merupakan salah satu unsur penting untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran.
Ketika proses pembelajaran berlangsung, terjadi interaksi antara guru dengan
siswa yang memungkinkan bagi guru untuk dapat mengenali karakteristik serta
potensi yang dimiliki siswa. Demikian pula sebaliknya, pada saat pembelajaran
siswa memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya sehingga
potensi tersebut dapat dioptimalkan. oleh karena itu, pendidikana bukan lagi
memberikan stimulus akan tetapi usaha mengembangkan potensi yang dimiliki.
Untuk dapat mengenali
dan mengembangkan potensi siswa tentunya dalam proses pembelajaran perlu
pembelajaran yang bersifat aktif. Pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru
tetapi berpusat pada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator serta pembimbing.
Dengan demikian, siswa memiliki kesempatan yang luas untuk mengembangkan
kemampuannya seperti mengemukakan pendapat, berpikir kritis, menyampaikan ide
atau gagasan dan sebagainya.
Dalam hal ini guru
perlu menerapkan pembelajaran 4 yang mampu meningkatkan motivasi belajar siswa
sehingga diperoleh hasil belajar yang optimal. Motivasi merupakan salah satu
hal penting dalam proses pembelajaran. Siswa yang memiliki motivasi tinggi
tentunya akan bersemangat dalam pembelajaran dan sungguh-sungguh dalam
belajarnya.
Anak yang mengalami
perkembangan bahasa dengan sendirinya juga mengalami perkembangan potensi
belajar lain. Hal tersebut dikarenakan perkembangan bahasa dapat dilihat dari
sejauh mana tingkat perkembangan intelegensi, emosi, fantasi dan perkembangan
lainnya.
Pada hakikatnya, anak
manusia, ketika dilahirkan telah dibekali dengan bermacam-macam potensi yakni
kemungkinan-kemungkinan untuk berkembang yang belum merupakan kenyataan yang
terpola untuk menghadapi lingkungannya.
Potensi bahasa
merupakan salah satu potensi yang harus dikembangkan pada anak prasekolah karena
dengan kemampuan berbahasa yang baik, anak tidak saja dapat berkembang dalam
bidang akademik tetapi anak mampu pula berinteraksi secara baik dalam
lingkungan sosialnya.
Membantu proses
perkembangan bahasa pada anak prasekolah perlu diawali dengan pemahaman kita
tentang dunia anak, kemampuan-kemampuan bahasa anak, faktor-faktor yang mungkin
dapat mempengaruhi proses perkembangan bahasa anak, dan sebagainya. Salah satu
usaha yang dapat dilakukan adalah melalui proses pendidikan baik di rumah
maupun di sekolah.
1.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan topik dan
latar belakang tentang “Potensi Belajar
dan Berbahasa Anak”, maka dapat dirumuskan ha-hal sebagai berikut:
1) Apa
yang dimaksud dengan Potensi?
2) Apa
saja jenis-jenis potensi belajar?
3) Langkah
apa saja yang harus dilakukan orangtua untuk mengembangkan potensi
anak-anaknya?
4) Apa
saja tujuan pendidikan?
5) Bagaimana
perkembangan berbahasa pada anak?
6) Apa
fungsi perkembangan berbahasa pada anak?
7) Bagaimana
cara atau metode mengajar agar kemampuan berbahasa anak dapat terus meningkat?
1.2 Tujuan Penulisan
Sehubungan dengan
masalah di atas, tujuan penulisan makalah dengan judul “Potensi Belajar dan
Berbahasa pada Anak” adalah:
1) Ingin
mengetahui arti dari potensi.
2) Ingin
mengetahui jenis-jenis potensi belajar.
3) Ingin
mengetahui langkah yang harus dilakukan orang tua untuk mengembangkan potensi
anaknya.
4) Ingin
mengetahui tujuan pendidikan.
5) Ingin
mengetahui perkembangan berbahasa pada anak.
6) Ingin
mengetahui fungsi perkembangan pada anak.
7) Ingin
mengetahui cara atau metode untuk mengembangkan potensi berbahasa pada anak.
BAB
II
PEMBAHASAN
Potensi
Belajar dan Berbahasa Anak
2.1
Pengertian Potensi
Sejak
dilahirkan setiap individu telah diberikan bekal luar biasa oleh Tuhan berupa
kemampuan yang biasa disebut insting. Selain bekal kemampuan berupa insting,
individu juga mendapat bekal beupa bibit, benih, atau biasa disebut potensi
yang memiliki kemungkinan besar untuk dapat berkembang. Potensi disebut juga
dengan istilah pembawaan. Jadi yang dimaksud dengan anak atau siswa yang
berpembawaan adalah siswa yang memiliki potensi dengan kemampuan berkembang
yang baik, sehingga dapat diharapkan bisa mendapat hasil yang memuaskan dalam
pencapaian tujuan pendidikan.
Menurut Ngalim Purwanto
(1984:18) mengatakan potensi adalah seluruh kemungkinan atau
kesanggupan-kesanggupan yang terdapat pada suatu individu dan selama masa
perkembangannya benar-benar dapat diwujudkan. Potensi belajar yang ada dalam
diri seorang anak tidak sama dnegan potensi yang dimiliki orang lain. Hal
tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan Agus Soejono (1980:36) mengatakan
bahwa potensi seseorang tidak sama dengan potensi yang dimiliki orang lainn.
Seseorang bisa saja lebih tajam pikirannya, atau lebih halus perasaannya, atau
lebih kuat kemampuannya atau lebih tegap daripada yang lain. Dengan begitu
jelaslah bahwa potensi itu bersifat beraneka ragam, berbeda serta bervariasi.
Potensi seseorang berbeda dengan orang lain dalam jenis dan tinggi rendahnya.
2.2
Jenis-jenis potensi belajar yang terdapat
dalam diri anak atau siswa
Terdapat lima potensi yang harus dikembangkan
dalam mendidik anak, yaitu: potensi jasmani, potensi spiritual, potensi akal,
potensi perasaan, potensi sosial.
1. Potensi
Jasmaniah
Potensi jasmaniah merupakan jasmani yang
sehat dengan panca idera yang normal yang secara fiisologi bkerja sama dengan
sitem syaraf dan kejiwaan. Potensi ini memerlukan gizi dan berbagai vitamin
termasuk udara yang bersih dan lingkungan yang sehat. Jika sebagian kebutuhan
ini tidak dapat tercukupi, maka tubuh orang tersebut akan lemah bahkan
berpotensi menimbulkan penyakit.
2. Potensi
Rohaniah
Potensi ini meliputi segi pikir, rasa,
karsa, karya maupun budi luhur nurani. Potensi rohaniah ini membutuhkan
kesadaran cinta kasih, kesadaran keagamaan, dan nilai-nilai budaya supaya
kepribadian kita sehat dan sejahtera. Selain itu rohani kita juga harus tenang,
sabar, optimis, mempercayai orang lain, bahkan mencintai sesama manusia, tidak
iir hati, tidak menyimpan rasa benci atau dendam dan sebagainya. Pembagian
potensi tersebut didasarkan kepada U. Noorsyan (1980 : 131) yang membagi
potensi menjadi sebagai berikut:
1.
Potensi jasmaniah; phisik, badan, dan
panca indra yang sehat (normal).
2.
Potensi piker (akal, rasio, intelegensi,
intelektual).
3.
Potensi rasa (perasaan, emosi) baik
perasaan eti-moral maupun perasaan estetis.
4.
Potensi karsa (kehendak, kemauan,
keinginan, hasrat atau kecenderungan-
kecenderungan nafsu,
termasuk prakarsa).
5.
Potensi cipta (daya cipta, kreativitas,
fantasi, khayal dan imajinasi).
6.
Potensi karya (kemampuan menghasilkan
kerja).
7.
Potensi budi nurani (kesadaran budi,
hati nurani, kata hati).
Ketujuh potensi diatas dapat
dikelompokkan kepada potensi jasmaniah dan potensi rohaniah yang dapat
dikembangkan wujud manusia seutuhnya dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
yang dicita-citakan.
2.3
Menggali dan Mengembangkan Potensi Anak
Menyediakan alternatif sarana bermain lain
yang kebih edukatif, misalnya dengan menambah koleksi buku dan alat menggambar
adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengembangkan potensi anak.
Berikut ini merupakan 9 langkah yang harus orang tua lakukan sebagai pengembang
utama potensi yang ada dalam diri anak-anaknya:
1. Syukuri
anak sebagai karunia terbesar.
2. Buatlah
dia merasa dicintai, disayangi dan dikasihi.
3. Bangkitkan
minat dan motivasi belajarnya.
4. Pahami
dan hargai setiap anak sebagai individu yang baik.
5. Beri
kesempatan untuk memilih dan membuat keputusan.
6. Doronglah
anak untuk mencari informasi di luar rumah.
7. Jangan
matikan harapan dan cita-cita anak.
8. Tunjukan
penghargaan dan penghormatan kepada usahanya walaupun tampak sepele.
9. Jalin
hubungan yang kondusif antara orang tua, sekolah dan lingkungannya.
Setiap anak adalah unik
karena perilaku anak memang khas dan dapat melakukan hal-hal yang tidak
terduga. Setiap anak memiliki karakter tersendiri. Oleh karena itu, setiap
orang tua harus memahami sehingga orang tua akan sadar terhadap keunikan
anaknya tersebut. Untuk dapat mengembangkan potensi pada anak, orang tua harus
pandai membangkitkan motivasi dan minat anak pada kegiatan dan belajarnya.
Dengan anak semakain termotivasi maka anak akan menyadari bahwa ia bisa
mengembangkan kemampuannya. Berilah kesempatan anak untuk berani memilih dan
membuat setiap keputusan sendiri dalam melakukan setiap kegiatan atau
belajarnya. Berilah keleluasan anak untuk berani memilih diantara pilihan.
Orang tua bisa membantu bagaimana pilihan yang baik itu sehingga anak tidak terjebak
pada hal-hal negatif. Informasi sangat penting untuk menunjang kemampuan kita.
Untuk itu doronglah anak untuk aktif mencari kebutuhan informasi yang dapat
menunjang potensinya. Hal tersebut bisa dimulai dengan informasi tokoh-tokoh
yang sukses pada bidangnya atau bagaimana upaya agar dapat menjadi sukses
seperti itu. Harga setiap pilihan cita-cita anak. Orang tua jangan terlalu
memaksakan pilihannya sehingga anak akan merasa tidak bersemangat lagi untuk
meraih harapan dan cita-citanya. Jangan sampai orang tua malah mematikan harapan
anak dan mencela setiiap pilihan anak. Hargai dan berilah penghormatan untuk
apa yang telah anak kerjakan walau hanya sekecil mungkin. Sehingga anak akan
merasa tersanjung dan merasa dihargai kerja kerasnya. Sukses tidaknya potensi
anak juga bergantung pada kondisi sekitarnya, baik dirumah, sekolah ataupun
lingkungan lainnya. Maka dari itu jalinlah hubungan yang harmonis dan membangun
sehingga semuanya bisa selaras untuk bersama-sama mewadahi potensi anak agar
berkembang dan terus meningkat.
2.4
Pengaruh Perkembangan Potensi Anak Terhadap
Pencapaian Tujuan Pendidikan
Masing-masing anak
memiliki potensi yang berbeda-beda baik dalam kualitas atau dalam bidang dari
potensi-potensi itu sendiri. Namun potensi-potensi tersebut memberi kemungkunan
besar kepada para anak atau siswa untuk dapat berkembang menjadi sesuatu. Ada
yang memiliki kemampuan untuk mengembangkannya dan ada juga yang kurang mampu
mengembangkan potensinya kemampuan mengembangkan potensi ini beraitan dengan
kemampuan belajarnya. Anak atau siswa yang memiliki kemampuan lebih untuk bisa
mengembagkan potensinya akan lebih mudah dan lebih cepat belajar daripada siswa
mempunyai kemampuan mengembangkan potensi yang kurang.
Potensi belajar yang
ada dalam diri anak dapat berkembang untuk mencapai tujuan pendidikan jika
terdapat kesempatan dan perangsang. Jika seseorang berpotensi baik dan
ditunjang dengan adanya pengaruh yang memberikan dorongan yang cukup dan kesempatan
yang besar maka potensi itu akan berkembang hingga tingkat optimal untuk
mencapai tujuan pendidikan, yaitu diantaranya:
1. Perkembangan
Motorik
Perkembangan motorik adalah segala
sesuatu yang berhubungan dengan gerakan-gerakan. Perkembangan motorik inilah
yang memberikan kemungkinan bagi siswa untuk dapat mengembangkan potensi yang
ada pada dirinya. Menurut Agu Sujanto (1984:76) orangtua / guru dan para
pemimpin dapat membantu anak atau siwanya dengan cara:
-
Melatih melakukan kewajiban-kewajiban
yang sesuai dengan keadaan jasmani dan rohani.
-
Melatih melakukan peraturan-peraturan
keluarga/sekolah.
-
Melatih dan menyertakan gerakan-gerakan
yang benar dan baik, dengan cara olah raga, menari dan berbagai permainan lain.
2. Perkembangan
Intelegensi
Pada awal masa sekolah tingkat berfikir
anak atau siswa masih bersifat konkrit. Artinya masih erat hubungannya dengan
benda ataupun hal-hal yang nyata. Lama-kelamaan kemampuan berfikir siswa akan
mengalami perkembangan yang pesat dengan ciri-ciri sikap kritis, realis dan
logis. Maka tugas pokok dari pendidikan dasar (masa sekolah) harus memberikan
dasar yang kokoh dalam hal membaca, menulis dan berhitung. Karena ketiga
kemampuan ini merupakan dasar bagi segala macam ilmu yang akan diterima dan
dialami siswa kelak dalam rangka perkembangan berfikirnya.
3. Perkembangan
Emosi
Pada awalnya anak atau siswa hanya
mengalami senang atau sedih, semakin lama perasaan itu dikembangkan menjadi
perasaan-perasaan lain seperti menyesal, kasihan/iba, marah, jengkel, simpati,
bersalah dan sebagainya. Hal tersebut disebabkan oleh pengalaman yang makin
bervariasi dalam bertingkah laku. Hal itu berguna untuk menerima pelajaran
sekolah karena akan memudahkan bahan pengetahuan yang diberikan oleh gurunya.
4. Perkembangan
Karsa
Perkembangan karsa atau perkembangan
kemauan / keinginan ini biasanya berkaitan erat dengan suatu kebutuhan dari
anak atau siswa itu sendiri. Terkadang keinginan anak atau siswa demikian
mendesak menurut pemenuhan. Untuk mengetahui kebutuhannya, maka anak atau siswa
akan lebih rajin belajar/bekerja, ulet dan tabah menghadapi segla tantangan.
5. Perkembangan
Fantasi
Fantasi berkembang pada usia kurang
lebih tiga tahun, dan mengalami perkembangan yang pesat pada masa kanak-kanak.
Pada masa itu anak-anak akan gemar bermain permainan-permainan fantasi dan
gemar sekali cerita-cerita hayalan.
6. Perkembangan
Kesusilaan/Agama
Penanaman norma-norma kesusilaan dan
agama merupakan masalah yang abstrak, sedangkan siswa hidup dalam tingkat
berfikir konkrit di dalam kehidupan logikanya dan realitanya. Mereka tidak
dapat menerima sesuatu di luar pikirannya, ia akan selalu meminta bukti konkrit
untuk mendapatkan kebenaran atas informasi yang baru ia dapat. Serta kebenran
itu harus dapat didapatnya dengan alat indera seperti mata, telinga, alat
peraba Tupun pengecapnya. Karena masalahnya yang abstrak maka penanama
kesusilaan dan kehendak menghendaki untuk memberikan contoh yang konkrit
daripada memerintah, mengharuskan, memaksa dan sebagainya.
7. Perkembangan
Bahasa
Perkembangan bahasa tidak dialami sama
cepatnya pada masing-masing anak atau siswa. Ada yang cepat kemajuannya, ada
juga yang lambat perkembangannya. Untuk mencapai kesanggupan berbahasa ini
harus melalui latihan-latihan, kesempatan yang cukup serta taraf-taraf
tertentu. Pada masa sekolah, kehidupan sosial siswa akan terus bertambah
luas, ia akan menyadari bahwa bahasa merupakan alat yang penting untuk kesatuan
kelompok, dengan menyadari hal tersebut menyebabkan motivasinya menjadi lebih
besar untuk belajar berbahasa lebih baik lagi. Jadi anak yang mengalami
perkembangan bahasa dengan sendirinya juga mengalami perkembangan potensi
belajar lain. Hal tersebut dikarenakan perkembangan bahasa dapat dilihat dari
sejauh mana tingkat perkembangan intelegensi, emosi, fantasi dan perkembangan
lainnya.
2.5
Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan salah
satu komponen utama dalam berfikir. Hampir tidak mungkin manusia berfikir tanpa
menggunakan bahasa, dan melalui bahasa, pikiran manusia dapat ditamilkan.
Bahasa juga dapat membedakan manusia dari makhluk lainnya. Menurut Piaget salah
satu ahli psikologi kognitif, bahasa adalah salah satu cara yang utama untuk
mengekspresika pikiran, dan dalam seluruh perkembangan, pikiran selalu
mengdahului bahasa. Bahasa meruapakan salah satu dari perangkat sistem kognitif
manusia. Ia juga menekanan bahwa anak adalah makhluk yang aktif dan adaptif
namun bersifat egosentris yang proses berfikirnya sangat berbeda dengan orang
deawasa, maka pengalamn belajar harus disesuaikan dengan pengalaman mereka.
Sedangkan Vigotsky berpendapat bahwa perkembangan bahasa seiring dengan
perkembangan kognitif, bahkan saling melengkapi, keduanya berkembang dalam satu
lingkup sosial. Vygotsky mengungkapkan bahwa bahasa dalam bentuk yang paling
awalpun memiliki dasar sosial.
Sebagai alat komunikasi
bahasa merupakan sarana yang sangat penting dalam kehidupan anak. Disamping itu
bahasa juga merupakan alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang
lain yang sekaligus berfungsi untuk memahami pikiran dan persaan orang lain.
Selain itu bahasa juga merupakan pintu gerbang ilmu pengethauan, dengan
berbahasa anak dapat berkomunikasi dengan sesama. Anak adalah makhluk peniru
(imitator), ia mencontoh orang lain disepanjang kehidupannya. Kemampuan imitasi
menjadi modal penting dalam perkembangan bahasanya. Anak senang meniru bunyi-bunyi
tertentu ataupun ucapan-ucapan orang-orang disekitarnya.
2.6
Penggunaan Kata, Kalimat dan Tata Bahasa
Sejak usia 2 tahun anak
banyak mendengar kata-kata atau sudah memliki kosakata yang luas. Gangguan
pendengaran menyebabkan kemampuan anak untuk mencocokan suara dengan huruf
menjadi terlambat. Bahasa anak menjadi bahasa orang dewasa setelah anak
mencapai usia 3 tahun. Pada saat itu ia sudah mengetahui perbedaan antara saya,
kamu dan kita. Pada usia 4-6 tahun kemampuan bahasa akan berkembang sejalan
dengan rasa ingin tahu serta rasa antusias yang tinggi, sehingga timbul
pertanyaan-pertanyaan dari anak dengan kemampuan bahasanya. Kemampuan berbahasa
juga akan terus berkembang sesuai dengan intensitas anak pada teman sebayanya.
Hal ini mengimpikasikan perlunya anak untuk memiliki kesempatan yang luas dalam
menentukan sosialisasi dengan teman-temannya. Anak senang belajar menulis
namanya sendiri atau kata-kata yang berhubungan dengan sesuatu yang bermakna
baginya.
Antara usia 4-5 tahun
kalimat anak sudah terdiir dari empat atau lima kata. Mereka juga mampu
menggunakan kata depan seperti di bawah, di atas, di dalam dan di samping.
Antara 5 sampai 6 tahun kalimat anak sudaj terdiri dari enam sampai delapan
kata. Mereka juga sudah dapat mengetahui lawan kata. Mereka juga dapat
menggunakan kata penghubung, kata depan dan kata sandang. Pada masa akhir usia
prasekolah anak umumnya sudah mampu berkata-kata sederhana dan berbahasa
sederhana, cara bicara mereka telah lancar, dapat dimengerti dan cukup
mengikuti tatabahasa walaupun masih kerap melakukan kesalahan bahasa.
2.7
Berbicara untuk Berkomunikasi
Jika anak telah
menguasai kata-kata, kalimat dan tata bahasa, mereka juga akan dapat
berkomunikasi dengan baik dan lebih efektif. Salah satu fungsi berbicara adalah
untuk mengobrol (social speech). Mengobrol adalah salah satu ekspresi kebutuhan
akan orang lain dan dipergunakan untuk mngadakan dan mempertahankan komunikasi
bersama mereka. Pada anak-anak usia prasekolah , jika mereka tidak mau
berkomunikasi bukan selalu berarti mereka tidak mampu berbicara tetapi lebih
banyak karena mereka tidak mau.
2.8
Pengembangan Bahasa di Taman Kanak-kanak
Bahasa merupakan salah
satu program kegiatan belajar di Taman kanak-kanak dalam rangka pengembangan
kemampuan dasar yang bertujuan agar anak didik mampu berkomnuikasi secara lisan
dengan lingkungan. Dalam pelaksanaannya, pembelajaran untuk pengembangan aspek
bahasa tidak dapat berdiri sendiri,
melainkan berhubungan dengan aspek lain, karen apembelajaran di TK adalah
pembelajaran terpadu, yang artinya semua saling terkait dan saling mendukung.
Pengembangan kemampuan
berbahasa di Taman Kanak-Kanak bertujuan agar anak didik mampu berkomunikasi
secara lisan dengan lingkungan. Fungsi pengembangan kemampuan berbahasa bagi
anak Taman Kanak-Kanak antara lain:
a. Sebagai alat untuk
berkomunikasi dengan lingkungan
b. Sebagai alat untuk
mengembangkan kemampuan intelektual anak
c. Sebagai alat untuk
mengembangkan ekspresi anak
d. Sebagai alat untuk
menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain.
Sesuai dengan tujuan
yang diharapkan maka pengembangan kemampuan berbahasa disusun sedemikian rupa
sehingga dapat memenuhi kebutuhan anak. Adapun ruang lingkup pengembangan
kemampuan berbahasa adalah:
-
Menirukan kembali urutan kata, urutan
angka (latihan pendengaran)
-
Mengikuti beberapa perintah sekaligus
- Menggunakan dan dapat menjawab pertanyaan
apa, mengapa, dimana, berapa, bagaimana dan sebagainya
-
Menyanyikan beberapa lagu anak
-
Mengucapkan beberapa sajak sederhana
-
Mengenal kata-kata yang menunjukkan
posisi
- Menunjuk, menyebut dan memperagakan
gerakan-gerakan yang sederhana, misalnya duduk, jongkok, berlari, makan,
menangis.
-
Bercerita tentang kejadian disekitarnya
secara sederhana
-
Menjawab pertanyaan tentang cerita
pendek yang sudah diceritakan
-
Menceritakan kembali isi cerita
sederhana yang sudah diceritakan guru
-
Memberi keterangan / informasi tentang
sesuatu hal
-
Memberi batasan beberapa kata/benda
-
Mengurutkan dan menceritakan isi gambar
seri
-
Melengkapi kalimat sederhana yang sudah
dimulai oleh guru
-
Melanjutkan cerita/sajak yang sudah
dimulai guru
- Menyebutkan sebanyak-banyaknya nama
benda, binatang, tanaman yang mempunyai
warna, bentu, atau menurut ciri-ciri tertentu
-
Menyebutkan sebanyak-banyaknya kegunaan
dari suatu benda
-
Membayangkan akibat dari suatu kejadian
yang belum tentu terjadi
-
Menceritakan gambar yang telah
disediakan
-
Bercerita tentang gambar yang dibuat
sendiri
-
Mengekspresikan diri melalui dramatisasi
-
Mengucapkan suku kata dalam nyanyian
-
Mengenal suara huruf awal dari kata yang
berarti
-
Mengenal bunyi huruf akhir dari
kata-kata yang berarti
- Membuat sebanyak-banyaknya kata dari
suku kata awal yang disediakan dalam bentuk lisan
-
Mengenal kebalikan, misalnya :
siang-malam, gelap-terang
-
Menggunakan kata ganti aku atau saya
Dalam
pelaksanaan pengembangan kemampuan berbahasa dapat menggunakan metode/teknik mengajar
antara lain sebagai berikut :
1. Bercerita
Pengembangan Bahasa Anak 8
2. Permainan
Bahasa
3. Sandiwara
Boneka
4. Bercakap-cakap
5. Tanya
jawab
6. Dramatisasi
7. Mengucapkan
syair
8. Bermain
peran
9. Karyawisata
Dalam
mengembangkan kemampuan berbahasa, perlu memberi kesempatan pada anak untuk
berbicara satu sama lain, namun lazimnya dalam kalimat-kalimat pendek dan tidak
utuh. Anak juga memerlukan rangsangan-rangsangan seperti mendengarkan
cerita-cerita pendek, melihat-lihat buku gambar dan mendengarkan lagu-lagu sederhana.
Selain dari itu, guru dituntut pula untuk senantiasa memberi kesempatan kepada
anak untuk menanyakan, membicarakan dan mengeksplorasi berbagai hal yang
menarik bagi anak. Hendaklah sejak dini anak-anak dilatih untuk berbahasa
dengan baik yaitu dengan melatih anak untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
mengungkapkan pikirannya, dan diharapkan anak tidak diam tetapi anak yang aktif
dalam berbagai kegiatan.
Dalam
menggunakan metode/teknik untuk mengembangkan kemampuan berbahasa, guru dapat
memilih salah satu atau gabungan dari beberapa metode yang sesuai dengan
kemampuan yang ingin dicapai, fasilitas kegiatan belajar mengajar yang
disajikan, dan disesuaikan pula dengan bahan pengembangan dan kebutuhan minat,
kemampuan anak serta lingkungannya. Seorang guru juga harus benar-benar
menguasai bahasa dan pandai berbicara. Dengan pengetahuan yang memadai serta
kemampuan guru untuk memilih teknik pembelajaran yang tepat bagi upaya
pengembangan kemampuan berbahasa anak, diharapkan anak dapat berkembang sesuai
dengan potensi yang dimilikinya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan di bab sebelumnya,
kita dapat menyimpulkan bahwa sejak dilahirkan setiap individu
telah diberikan bekal luar biasa oleh Tuhan berupa kemampuan yang biasa disebut
insting dan potensi. Potensi adalah seluruh kemungkinan atau
kesanggupan-kesanggupan yang terdapat pada suatu individu dan selama masa
perkembangannya benar-benar dapat diwujudkan. Pembagian atau jenis-jenis
potensi sendiri beragam, dan dalam perkembangan potensi tersebut peran orang
tua atau pendidik sangat mempengaruhi.
Masing-masing
anak memiliki potensi yang berbeda-beda baik dalam kualitas atau dalam bidang
dari potensi-potensi itu sendiri. Potensi belajar yang ada dalam diri anak dapat
berkembang untuk mencapai tujuan pendidikan jika terdapat kesempatan dan
perangsang. Tujuan pendidikan itu sendiri terdiri dari perkembangan motorik,
intelegensi, emosi, karsa, fantasi, kesusilaan, serta perkembnagan bahasa.
Bahasa adalah salah satu cara yang utama untuk
mengekspresikan pikiran, dan dalam seluruh perkembangan, pikiran selalu
mengdahului bahasa. Anak yang mengalami perkembangan bahasa dengan sendirinya
juga mengalami perkembangan potensi belajar lain. Hal tersebut dikarenakan
perkembangan bahasa dapat dilihat dari sejauh mana tingkat perkembangan
intelegensi, emosi, fantasi dan perkembangan lainnya. Sebagai alat komunikasi
bahasa merupakan sarana yang sangat penting dalam kehidupan anak. Disamping itu
bahasa juga merupakan alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang
lain yang sekaligus berfungsi untuk memahami pikiran dan persaan orang lain.
Selain itu bahasa juga merupakan pintu gerbang ilmu pengethauan, dengan
berbahasa anak dapat berkomunikasi dengan sesama. Kemampuan imitasi menjadi
modal penting dalam perkembangan bahasanya. Anak senang meniru bunyi-bunyi
tertentu ataupun ucapan-ucapan orang-orang disekitarnya.
3.2
Saran-saran
Agar potensi dalam diri anak dapat berkembang dengan
baik diperlukan pembinaan.
Pembinaan ini datangnya dari luar diri anak atau siswa, yaitu lingkungan.
Lingkungan tersebut termasuk lingkungan pendidikan dan lingkungan tempat
tinggal.
Para pendidik baik orang
tua ataupun guru harus dapat menemukan potensi-potensi belajar apa saja yang
dimiliki abak atau siswa, serta harus berusaha untuk mengembangkannya, karena
pendidikan merupakan tempat yang memberikan kesempatan kepada
kemungkinan-kemungkinan (potensi) yang ada pada seorang siswa untuk berkembang.
Usahakan
untuk menciptakan suasana yang nyaman untuk poses pengembangan potensi belajar
ataupun potensi berbahasa anak atau siswa. Bangun motivasi mereka agar mau
terus semangat mengembangkan potensi yang dimiliki secara aktif.
DAFTAR PUSTAKA
Agus
Soejono, 1980. Pendahuluan Ilmu Pendidikan Umum. Bandung
: CV. Ilmu
Agus
Sujamto, 1984. Psikologi Perkembangan. Jakarta
: Aksara Baru
Ngalim
Purwanto, M. 1984. Psikologi Pendidikan. Bandung
: CV. Remaja Karya.
Hadis, Fawzia Aswin, (tt). Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Hurlock, Elizabert B. (1978). Child Development. Sixth Edition. New
York : Mc. Graw Hill. Inc.