Minggu, 13 September 2015

LAPORAN PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL : Indera Penglihatan 2

LAPORAN PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL
Nama Mahasiswa        :  Ajeng Septiana
NPM                             :  10514662
Tanggal Pemeriksaan :  22 April 2015
Nama Asisten   : 1.  Cahaya Intan Purnama
 Paraf Asisten   :


           1.      Percobaan                              :   Indera Penglihatan 2
           Nama Percobaan                   :   Buta Warna
           Nama Subjek Percobaan      :   Ajeng Septiana
           Tempat Percobaan                :   Laboratorium Psikologi Faal
a.      Tujuan Percobaan          :   Untuk mengetahui apakah seseorang buta
    warna atau tidak.
b.      Dasar Teori                      :   3 macam warna dalam sel kerucut sangat
mempengaruhi penglihatan terhadap warna, sehingga sel kerucut/conus peka secara selektif terhadap berbagai warna, terutama warna biru, merah, hijau. Jumlah sel kerucut sekitar 5 juta pada setiap mata. Sel kerucut tersebut sangat peka terhadap intensitas cahaya, sehingga sangat berperan pada penglihatan siang hari serta untuk membedakan berbagai warna. Terdapat banyak teori yang menjelaskan tentang penglihatan, teori tersebut didasarkan pada pengamatan yang sudah diketahui dengan baik, yaitu mata manusia dapat mendeteksi hampir semua gradasi warna bila cahaya monokromatik merah, hijau, biru dikombinasikan secara tepat.
1.      Teori Komponen
Teori komponen / trikomatik merupakan teori tentang penglihatan warna yang diusulkan oleh Thomas Young dan disempurnakan oleh Hermans Von Hemholtz. Menurut teori ini ad 3 macam reseptor kerucut warna yang berbeda (hijau, merah dan biru) dengan sensitivitas yang berbeda-beda. Ketiga macam conus tadi mengandung zat photokemis yang merupakan substansi yang dapat dipecah oleh sinar matahari. Jika ketiga conus tadi mendapat rangsang bersama-sama, maka akan terlihat warna putih. Sedangkan warna-warna lain yang terlihat adalah kombinasi dari ketiga warna dasar dengan perbabndingan berbeda-beda. Suatu kondisi dimana seseorang tidak dapat melihat atau mebedakan warna sama disebut buta warna.
2.      Teori Oponen
Dikemukakan oleh Ewald Hering. Ia mengatakan bahwa terdapat dua golongan sel lain yang mengkode brightness. Masing-masing golongan sel mengkode 2 persepsi yang warna komplementer (pasangan warna yang menghsilkan warna putih dan abu-abu bila dikombinasikan dengan ukuran yang sama, misalnya cahaya hijau dengan cahaya merah.). Buta warna terbagi menjadi 2, ada buta warna total dan buta warna sebagian. Variasi dari buta warna yang dibawa sejak lahir cukup nyata, seperti: Akromatisme / kebutaan warna total dimana semua warna yang dilihat sebagai warna abu-abu. Selanjutnya ada Diakromatisme, yaitu kebutaan tidak sempurna yang menyangkut ketidakmampuan untuk membedakan warna hijau dan merah. Cara mengetahui apakah seseorang menderita buta warna atau tidak adalah dengan mengikuti tes Stiling Isihara. Tes Isihara dan tes stiling yaitu lukisan angka dan huruf dengan titik-titik yang terdiri dari berbagai macam warna. Angka, huruf dan gambar tersebut dikelilingi oleh yang bermacam-macam juga warnanya. Subjek yang diperiksa diminta membaca angka, huruf atau gambar tersebut.
c.       Alat yang Digunakan      :   Kartu atau buku uji Stiling Isihara dan
    Stiling Isihara 1.
d.      Jalannya Percobaan       :   Buka aplikasi uji Stiling Isihara pada
komputer, kemudian akan muncul tes Stiling Isihara, praktikan diminta memasukan data hasil penglihatannya, hasil dapat berupa angka, huruf ataupun abstrak, jika hasil yang terlihat abstrak praktikan memasukan hasil dengan kata “istirahat”, setelah memasukan hasil penglihatan pada setiap nomor klik next untuk lanjut ke soal berikutnya, jika semua soal sudah selesai klik submit all and finish.
e.       Hasil Percobaan              :   Marks : 19/20
    Grade  : 9.5 out of a maximum of 10 (95%)
f.       Kesimpulan                      :   Buta warna merupakan kelainan
penglihatan yang diakibatkan kurangnya sel kerucut/conus. Sel kerucutconus sangat berpengaruh pada penglihatan siang hari dan pembedaan warna. Buta warna terdiri dari 2 yaitu buta warna total dan buta warna sebagian. Buta warna total / akromatisme adalah semua warna yang dilihat sebagai warna abu-abu, sedangkan buta warna sebagian / Diakromatisme, yaitu kebutaan tidak sempurna yang menyangkut ketidakmampuan untuk membedakan warna hijau dan merah. Jika hasil tes menunjukan subjek salah menjawab emua soal-soal maka subjek dinyatakan mengalami akromatisme/buta warna total. Sedangkan jika hasil tes menunjukan subjek dapat menjawab soal-soal dengan benar namun sebagian maka subjek dinyatakan diakromatisme.
g.      Daftar Pustaka                :   Puspitawati, I. (1999). Psikologi Faal.
Jakarta: Universitas Gunadarma
    Hapsari, I Indri. (2006). Psikologi Faal.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
    Syamsuri, Istamar. (2007). Biologi –  untuk

SMA kelas XI semester 2. Jakarta: Erlangga


            2.      Percobaan                              :   Indera Penglihatan 2
            Nama Percobaan                   :   Bintik Noda Buta
            Nama Subjek Percobaan      :   Ajeng Septiana
            Tempat Percobaan                :   Laboratorium Psikologi Faal
a.      Tujuan Percobaan          :   Untuk mengetahui jarak (dalam cm) bintik
buta seseorang serta menentukan letak proyeksi bintik buta.
b.      Dasar Teori                      :   Yang dimaksud noda buta adalah suatu titik
dimana akson-akson meninggalkan mata sehingga tidak ada lagi reseptor. Titik tersebut dinamakan noda buta karena tidak peka terhadap cahaya. Akson-akson berasal dari sel ganglion yang distimulasi oleh sel-sel bipoler akibat adanya rangsangan dari conus dan bacillus. Kemudian akson-akson tadi membentuk nervus opticus. Saat akan meninggalkan mata karena tidak ada reseptor maka menjadi tidak sensitif terhadap rangsang cahaya sehingga terbentuklah noda buta. Noda buta terletak di daerah nasal retina. Karena sinar berjalan dalam garis lurus, maka suatu noda buta berada dalam medan penglihatan periferal. Alat yang digunakan untuk menentukan noda buta seseorang disebut Capimeter. Cara penggunaanya hampir sama dengan penggunaan pherimeter, namun bentuknya berbeda. Bentuk capimeter adalah berupa papan dengan lingkaran-lingkaran yang digambar pada papan capimeter itu lengkap dengan derajat-derajatnya. Letak dari noda buta yaitu kurang lebih 15 derajat keluar dimana pada daerah ini retina tidak dapat melihat benda yang digerakan tadi. Jadi, scotoma/daerah noda buta dapat diterapkan dengan capimeter. Benda digerakan dari luar ke dalam dan subjek yang diperiksa diminta memberi tahu apabila ia tidak melihat benda yang digerakan agar daerah noda butanya dapat diukur.
c.       Alat yang Digunakan      :   Kertas hitam dengan tanda lingkaran dan
tanda plus berwarna putih; capimeter dan bulatan sebesar 1 cm berwarna putih dengan tongkat.
d.      Jalannya Percobaan       :   Salah satu mata subjek ditutup, kemudian
kertas yang bergambar tanda lingkaran dan tanda tambah / plus di usahakan berada sejajar dengan mata subjek. Apabila mata kiri yang ditutup maka mata kanan difokuskan untuk melihat tanda di kertas yang posisinya disebelah kiri. Secara perlahan kertas di dekatkan ke mata hingga tanda yang berada diseblah kanan dirasa menghilang dari pandangan subjek. Saat tanda dirasa menghilang jaraknya diukur dengan menggunakan capimeter kemudian dicatat
e.       Hasil Percobaan              :   Jarak tanda hilang : 35 cm
    Jarak tanda muncul kembali : 26 cm
f.       Kesimpulan                      :   Noda buta adalah suatu titik dimana akson-
akson meninggalkan mata sehingga tidak ada lagi reseptor, dikatakan noda buta karena tidak peka lagi terhadap cahaya. Berdasarkan pengamatan saat percobaan , hasil percobaan pada tiap subjek/praktikan yang dilakukan dengan capimeter menunjukan hasil yang berbeda-beda, hal tersebut dikarenakan jarak penglihatan setiap praktikan berbeda-beda sehingga menghasilkan bintik noda buta yang berbeda pula. Selain itu reseptor dari tiap subjek/praktikan pun berbeda sehingga biniyk nodanya pun berbeda-beda.
a.      g.   Daftar Pustaka                :   Puspitawati, I. (1999). Psikologi Faal.
1.      Jakarta: Universitas Gunadarma
                                                                        ii.                            Syaifuddin, H. (2012). Anatomi dan
1.      fisiologi. Jakarta: Buku  Kedokteran EGC
Pinel, John. (2009). Biopsikologi.
Yogyakarta: Pustaka Utama



            3.      Percobaan                              :   Indera Penglihatan 2
            Nama Percobaan                   :   Maxwell
            Nama Subjek Percobaan      :   Ajeng Septiana
           Tempat Percobaan                :   Laboratorium Psikologi Faal
a.      Tujuan Percobaan          :   Untuk membuktikan adanya kelambatan
(delay) retina; terjadinya pencampuran warna secara kontras yang stimultan.
b.      Dasar Teori                      :   Reseptor bagi indera penglihatan adalah
retina. Terdapat proses kerja retina dalam menangkap stimulus cahaya yang disebut kelambatan retina. Kelambatan retina disebabkan oleh stimulus yang berturut-turut dengan jarak antara stimuli yang dekat, hal tersebut menimbulkan penglihatan cahaya yang terus menerus. Apabila frekuensi dari stimuli tidak cukup besar hal tersebut menimbulkan penglihatan cahaya yang berekdip-kedip. Frekuensi minimal dimana penghantaran cahaya berkedip-kedip menjadi penglihatan cahaya yang terus-menerus disebut frekuensi fusi. Pada dasarnya ada 3 warna dasar, yaitu: biru, merah dan hijau. Sedangkan warna lain merupakan warna sekunder atau pencampuran dari warna-warna dasar. Dalam penglihatan warna ada beberapa teori yang digunakan, yaitu:
1.      Teori Young dan Helmotz
Menurut teori ini ada 3 warna dasar, yaitu merah, hijau dan violet yang masing-masing warna memiliki conus tersendiri. Bila ketiga conus tadi menerima rangsang bersama-sama makan warna yang terlihat adalah warna putih.
2.      Teori dari Herring
Terdapat 3 substansi photochemist yang memiliki 6 macam kualitas yang masing-masing memberikan satu macam sensasi. 3 macam substansi tersebut adalah: substansi hitam/putih, substansi merah/hijau, substansi kuning/biru.
3.      Teori Hukum Warna dari Grasman
Mata manusia normal dapat melihat 3 atribut cahaya, yaitu: kecerahan, kejenuhan dan rona. Rona adalah atribut bintik yang membedakan dari bintik atau hijau. Kecerahan adalah bintik gayut pada intensitasnya yang dapat diubah dengan mengubah intensitas pada lampu proyek. Kejenuhan menguraikan kemurnian dari rona. Dua citra mempunyai warna yang sama jika mempunyai rona, kecerahan, dan kejenuhan yang sama. Karena warna mempunyai 3 atribut untu mencocokan suatu warna culikan dengan pencampuran dalam jumlah yang sesuai dengan 3 warna baku/primer. Pencampuran warna sendiri terbagi menjadi 2, yaitu: kontras successif, dimana jika bayangan tidak sesuai dengan warna bendanya tetapi sesuai dengan warna komplemennyaserta terjadi tidak bersamaan. Selanjutnya ada Kontras Stimultan, yaang terjadi karena pengaruh suatu warna terhadap warna lain dan terjadinya secara bersama-sama.
c.       Alat yang Digunakan      :   Alat pemutar Maxwell; kertas lingkaran
dengan sektor putih-hitam; kertas lingkaran berwarna merah, hijau, kunig, biru dan ungu; kertas lingkaran hitam-putih dengan jari-jari lebih kecil serta kertas lingkaran berwarna merah, hijau, kunig, biru, ungu dan diseling garis hitam.
d.      Jalannya Percobaan         :   Buka aplikasi atau tes maxwell pada
komputer, kemudian akan keluar tes maxwell dengan tampilan piringan yang terdiri dari beberapa warna, piringan tersebut akan berputar dan menghasilkan percampuran warna, masukan hasil penglihatan praktikan lalu klik next untuk lanjut ke soal berikutnya. Setelah semua soal selesai klik submit all and finish.
e.       Hasil Percobaan              :   Marks : 3/5
    Grade : 6 out of a maximum of 10 (60%)
f.        Kesimpulan                      :   Dalam percobaan maxwell hasil
pencampuran warna berbeda apabila dibandingkan dengan percobaan pencampuran warna secara langsung (contohnya cat warna), hal tersebut dikarenakan terjadinya kelambatan/delay retina saat kita melihat video dikomputer yang menampilkan piringan warna yang berputar. Keterlambatan tersebut disebabkan oleh stimulus yang berturut-turut dengan jarak antara stimuli yang dekat, hal tersebut menimbulkan penglihatan cahaya yang terus menerus, hal tersebut kemudian memacu terjadinya pencampuran warna dari cahaya yang jatuh pada retina.
g.      Daftar Pustaka                 :   Guyton and Hall. (1997). Fisiologi
Kedokteran. Jakarta: CV. EGC
Puspitawati, I. (1999). Psikologi Faal.
Jakarta: Universitas Gunadarma
Hapsari, I Indri. (2006). Psikologi Faal.
Bandung: PT. Remaja Rodakarya



            4.      Percobaan                              :   Indera Penglihatan 2
Nama Percobaan                   :   Horizontal Lines Parallel
            Nama Subjek Percobaan      :   Ajeng Septiana
            Tempat Percobaan                :   Laboratorium Psikologi Faal
a.      Tujuan Percobaan           :   Untuk mengetahui bahwa balok-balok
yang terlihat sejajar sebenarnya sama lebarnya atau tidak.
b.      Dasar Teori                      :   Suatu objek dapat dilihat jika terjadi
bayangan di retina dan bayangan ini harus dihantarkan ke otak yaitu pada cortex visual pada fissura calcarina untuk dapat disadari. Suatu objek dapat terlihat jika memantulkan atau atau mengeluarkan cahaya. Terjadinya bayangan di retina serta timbulnya impuls syaraf untuk dikirim ke fissura calcarina menyamkut perubahan kimiawi dari fotoreseptor di conus dan bacillus. Bayangan yang terjadi di retina (2 mata) dibandingankan objeknya adalah: lebih kecil, terbalik, hitam, dan dua dimensi. Pada hakekatnya, pengolahan informasi pengelihatan dalam retina menyangkut pembentukan 3 buah bayangan. Bayangan pertama yang dibentuk oleh efek cahaya pada fotoreseptor fiubah menjadi bayangan kedua dalam sel-sel bipolar dan kemudian diubah menjadi bayangan ketiga dal sel-sel ganglion. Pada pengubahan bayangan kedua, impuls diubah menjadi sel horizontal, pada pembentukan bayangan ketiga impuls tersebut diubah kembali oleh sel-sel amacrin. Dalam corpus geniculatum laterale hampir tidak terjadi perubahan pada pola impuls, sehingga bayangan ketiga mencapai lobus occipitalis. Di bagian lobus occipitalis ini terjadi fungsi kedua bayangan dri mata kanan dan kiri, artinya kedua kedua bayangan tadi diolah menjadi satu bayangan dalam kesadaran manusia. Pada bagian ini terjadi kesadaran bahwa objek yang dilihat bila dibandingkan dengan bayangan di retina adalah: lebih besar, tegak, 3 dimensi dan berwarna-warni. Penipuan penglihatan dapat terjadi bila sinar yang masuk tidak jatuh pada bagian sentral dari retina. Penipuan penglihatan ini disebut fenomena fosten. Untuk membuktikan adanya phenomena phospen dapat dilakukan dengan percobaan horizontal lines parallel, yaitu dengan melihat balok-balok yang terlihat tidak sejajar karena garis-garis yang berbeda dan arah garis yang berbeda dan juga balok tersebut sebenarnya sama lebarnya, karena adanya penipuan dalam fenomena fosfen, membuat balok tersebut terlihat tidak sejajar.
c.       Alat yang Digunakan      :   Kertas bergambar balok-balok yang
    tersusun tidak sejajar.
d.      Jalannya Percobaan       :   Buka aplikasi atau percobaan horizontal
lines parallel pada komputer, kemudian akan terbuka gambar balok-balok yang kelihatannya tidak sejajar. Perhatikan dengan baik gambar tersebut dan amati apakah balok-balok tersebut sama lebarnya atau tidak, dan apakah sebenarnya balok-balok tersebut sejajar atau tidak.
e.       Hasil Percobaan              :   Hasil Percobaan Sendiri: Tidak sejajar
    Hasil Sebenarnya: Garis lurus / Sejajar
f.        Kesimpulan                      :   Dikarenakan adanya fenomena fosfen, mata
kita tertipu akan keberadaan balok-balok tersebut. Balok-balok tersebut terlihat tidak sejajar padahal sama lebarnya. Penipuan penglihatan tersebut terjadi karena sinar yang masuk tidak jatuh pada bagian sentral dari retina. Penipuan dalam fenomena fosfen tadi yang membuat balok tersebut terlihat tidak sejajar.
g.      Daftar Pustaka                :   Puspitawati, I. (1999). Psikologi Faal.
Jakarta: Universitas Gunadarma
                                                    Hapsari, I Indri. (2006). Psikologi Faal.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
                                                                    Pinel, John. (2009). Biopsikologi.
Yogyakarta: Pustaka Utama





           5.      Percobaan                              :   Indera Penglihatan 2
           Nama Percobaan                   :   Black Dots
           Nama Subjek Percobaan      :   Ajeng Septiana
           Tempat Percobaan                :   Laboratorium Psikologi Faal
a.      Tujuan Percobaan         :   Untuk membuktikan berapa banyak
bulatan hitam yang dapat dilihat dari bulatan-bulatan putih yang terletak di sudut kotak hitam.
b.      Dasar Teori                     :   Retina mempunyai 2 macam sel reseptor
yang biasa disebut juga fotoresptor, yakni sel kerucut atau conus dan sel batang atau bacillus. Apabila diurutkan dari depan ke belakang, cahaya akan melewati kornea, aqueous humor, lensa, vitreous humor, dan lapisan retina yang mengandung sel kerucut serta sel batang. Ada suatu daerah pada retina yang disebut fovea / bintik kuning, pada bagian tersebut hanya terdapat sel kerucut, sedangkan di bagian pheriper/tepi yang letaknya jauh dari bintik kuning hanya terdapat sel batang atau bacillus. Sel kerucut dan sel batang tersebar tidak merata pada retina. Suatu objek dapat terlihat apabila terjadi bayangan di retina dan bayangan tersebut harus dihantarkan ke otak, tepatnya di bagian cortex visual pada fissura calcarina. Objek dapat terlihat apabila mengeluarkan atau memantulkan cahaya. Terjadinya bayangan di retina dan timbulnya impuls syaraf untuk dikirim ke fissura calcarina menyangkut perubahan kimiawi dari fotoreseptor di conus dan bacillus. Bayangan yang terjadi di retina dibandingkan objeknya adalah: lebih kecil, terbalik, hitam, dan dua dimensi. Pengelolahan informasi penglihatan dalam retina menyangkut pembentukan 3 bayangan. Bayangan pertama dibentuk oleh efek cahaya pada fotoresptor diubah menjadi bayangan kedua dalam sel-sel bipolar lalu diubah lagi menjadi menjadi bayangan ketiga dalam sel-sel ganglion. Pada pengubahan bayangan kedua impuls diubah oleh sel horizontal, pada pembentukan bayangan ketiga impuls diubah oleh sel amacrin. Pada corpus geniculatum laterale hampir tidak terjadi perubahan pola impuls, sehingga bayangan ketiga mencapai lobus occipitalis. Pada lobus occipitalis terjadi fungsi kedua bayangan dari dari mata kanan dan kiri, yang artinya kedua bayangan tadi diolah menjadi satu bayangan dalam kesadaran manusia. Di bagian ini terjadi kesadaran bahwa objek yang dilihat jika dibandingkan dengan bayangan di retina adalah lebih besar, tegak, 3 dimensi dan berwarna-warni. Penipuan penglihatan dapat terjadi jika sinar yang masuk tidak jatuh pada bagian sentral dari retina. Penipuan penglihatan ini disebut fenomena fosfen. Untuk membuktikan fenomena tersebut dapat digunakan percobaan black dots. Percobaan itu memiliki tujuan untuk membuktikan ada berapa banyak titik hitam yang terlihat di sudut kotak putih.
c.       Alat yang Digunakan     :   Kertas bergambar kotak-kotak hitam dan
    ditiap sudut ada bulatan putih.
d.      Jalannya Percobaan      :   Buka aplikasi black dots pada komputer,
kemudian akan terbuka gambar percobaan black dots, fokus pada satu titik putih kemudian cobalah hitung titik hitam yang terlihat di sudut kotak putih lain.
e.       Hasil Percobaan             :   Hasil Percobaan Sendiri: Tidak Terhitung
    Hasil Sebenarnya: Tidak Terhingga / Tidak
    Ada
f.       Kesimpulan                     :   Fenomena fosfen merupakan penipuan
penglihatan yang dapat terjadi jika sinar  tidak jatuh pada bagian sentral dari retina. Untuk membuktikan fenomena tersebut dapat digunakan percobaan black dots. Percobaan black dots mengharuskan subjek/praktikan untuk menentukan jumlah titik hitam yang terlihat pada sudut kotak putih. Jumlah kotak hitam yang terlihat pada setiap subjek bisa saja berbeda dikarenakan persepsi setiap orang berbeda-beda. Jumlah titik hitam yang terlihat pada sudut kotak putih sebenarnya adalah tidak terhingga, hal tersebut merupakan hasil dari terjadinya fenomena fosfen 
g.      Daftar Pustaka                 :   Puspitawati, I. (1999). Psikologi Faal.
Jakarta: Universitas Gunadarma
Hapsari, I Indri. (2006). Psikologi Faal.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Pinel, John. (2009). Biopsikologi.
Yogyakarta: Pustaka Utama



           6.      Percobaan                              :   Indera Penglihatan 2
           Nama Percobaan                   :   Lingkaran sama atau beda
           Nama Subjek Percobaan      :   Ajeng Septiana
           Tempat Percobaan                :   Laboratorium Psikologi Faal
a.      Tujuan Percobaan          :   Untuk membuktikan dua buah
lingkaran putih yang dikelilingi bulatan-bulatan putih yang kecil dan lebih besar adalah sama atau tidak.
b.      Dasar Teori                      :   Kornea dan lensa mata memiliki
karakteristik tersendiri, pada kornea karakteristiknya yaitu membentuk multi lengkungan dan tersusun atas sistematis yang terdiri dari atas jaringan colagen dan mempunyai indeks bias cahaya yang cukup tinggi, sedangkan karakteristik dari lensa mata adalah bentuk lensa mata yang cembung yang dapat berubah sesuai kebutuhan pembiasan cahaya dan diterima, proses tersebut disebut akomodasi mata. Suatu objek dapat terlihat jika terjadi bayangan di retina dan bayangan tersebut harus dihantarkan ke otak yaitu di cortex visual pada fissura calcarina untuk dapat disadari. Suatu objek dapat terlihat jika memantulkan atau atau mengeluarkan cahaya.Terjadinya bayangan di retina serta timbulnya impuls syaraf untuk dikirim ke fissura calcarina menyamkut perubahan kimiawi dari fotoreseptor di conus dan bacillus. Bayangan yang terjadi di retina (2 mata) dibandingankan objeknya adalah: lebih kecil, terbalik, hitam, dan dua dimensi. Pada hakekatnya, pengolahan informasi pengelihatan dalam retina menyangkut pembentukan 3 buah bayangan. Bayangan pertama yang dibentuk oleh efek cahaya pada fotoreseptor fiubah menjadi bayangan kedua dalam sel-sel bipolar dan kemudian diubah menjadi bayangan ketiga dal sel-sel ganglion. Pada pengubahan bayangan kedua, impuls diubah menjadi sel horizontal, pada pembentukan bayangan ketiga impuls tersebut diubah kembali oleh sel-sel amacrin. Dalam corpus geniculatum laterale hampir tidak terjadi perubahan pada pola impuls, sehingga bayangan ketiga mencapai lobus occipitalis. Di bagian lobus occipitalis ini terjadi fungsi kedua bayangan dri mata kanan dan kiri, artinya kedua kedua bayangan tadi diolah menjadi satu bayangan dalam kesadaran manusia. Pada bagian ini terjadi kesadaran bahwa objek yang dilihat bila dibandingkan dengan bayangan di retina adalah: lebih besar, tegak, 3 dimensi dan berwarna-warni. Penipuan penglihatan dapat terjadi bila sinar yang masuk tidak jatuh pada bagian sentral dari retina. Penipuan penglihatan ini disebut fenomena fosten. Untuk membuktikan adanya phenomena phospen dapat dilakukan dengan percobaan lingkaran yang sama atau beda. Dimana pada lingkaran sama atau beda kita akan melihat lingkaran yang dikelilingi dengan lingkaran lagi tetapi pada sebelah kiri ada lingkaran nya kecil sedangkan di sebelah kanan lingkarannya tersebut besar. Salah satu teori tentangn lingkaran sama atau beda adalah Teori Purkinje-Samsom mengenai bayangan yang menjelaskan bahwa apabila seseorang melihat benda maka akan terjadi 3 bayangan pada mata. Bayangan pertama dibuat oleh kornea, bayangan kedua dibuat oleh lensa kristalina sebelah muka, dan bayangan ketiga dibuat oleh lensa kristalina sebelah belakang. Bayangan kedua lebih besar daripada yang pertama, sedangkan bayangan ketiga lebih kecil dan terbalik.
c.       Alat yang Digunakan      :   Kertas bergambar lingkaran putih, yang
satu (sebelah kiri) dikelilingi bulatan-bulatan putih yang lebih kecil daripada bulatan putih utama, sedangkan yang satu lagi, lingkaran putih yang tengah dikelilingi oleh bulatan-bulatan putih yang lebih besar dari lingkaran utama.
d.      Jalannya Percobaan       :   Buka aplikasi percobaan atau tes lingkaran
sama beda pada komputer, kemudian akan terbuka gambar dengan 2 gambar yang kiri dan kanan, gambar kiri ada lingkaran utama dimana di sekelilingnya terdapat lingkaran-lingkaran juga namun bentuknya lebih kecil dibandingkan lingkaran utama. Sedangkan gambar sebelah kanan ada lingkaran utama yang juga dikelilingi ingakarn yang ukurannya lebih besar daripada lingkaran utama. Kita di haruskan untuk fokus pada tengah lingkaran tersebut, dan mengamati apakah sebenarnya lingkaran utama pada kedua gambar tersebut ukuran sebenarnya sama atau tidak.
e.       Hasil Percobaan              :   Hasil Percobaan Sendiri: Sama besar
    Hasil Sebenarnya: Sama Besar
f.       Kesimpulan                      :   Untuk membuktikan adanya penipuan
penglihatan yang dapat terjadi jika sinar  tidak jatuh pada bagian sentral dari retina atau biasa disebut fenomena fosfen maka dapat dilakukan percobaan lingkaran sama atau beda. Apabila subjek/praktikan tidak fokus pada kedua lingkaran utama yang ada maka kemungkinan subjek/praktikan akan berpendapat bahwa kedua lingkaran utama tersebut tidak sama ukurannya, padahal hasil sebenarnya adalah diameter kedua lingkaran sama. Hal tersebut terjadi karena adanya fenomena fosfen yang menggangu persepsi kita akan ukuran kedua lingkaran tersebut.
a.        Daftar Pustaka                 :   Puspitawati, I. (1999). Psikologi Faal.
Jakarta: Universitas Gunadarma
    Syaifuddin, H. (2012). Anatomi dan
Fisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Pinel, John. (2009). Biopsikologi.
Yogyakarta: Pustaka Utama 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar