Minggu, 13 September 2015

LAPORAN PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL : Indera Pendengaran dan Keseimbangan

LAPORAN PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL
Nama Mahasiswa        :  Ajeng Septiana
NPM                             :  10514662
Tanggal Pemeriksaan :  29 April 2015
Nama Asisten   : 1.  Ayu Intan

Paraf Asisten   :

            1.      Percobaan                              :   Pendengaran (penghantar aerotymponal
    dan craniotymponal pada pendengaran)
            Nama Percobaan                   :   Percobaan Rine
            Nama Subjek Percobaan      :   Ajeng Septiana
            Tempat Percobaan                :   Laboratorium Psikologi Faal
a.      Tujuan Percobaan           :   Untuk membuktikan bahwa transmisi
    udara lebih baik daripada tulang.
b.      Dasar Teori                      :   Tujuan dari tes rine adalah untuk
membandingkan antara hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu telinga pasien. Ada 2 macam tes rine, yaitu:
1.      Garputala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya tegak lurus pada planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus). Setelah pasien tidak mendengar bunyinya, segera garputala kita pindahkan di depan meatus akustikus eksternus pasien. Tes Rine positif jika pasien masih dapat mendengarnya. Sebaliknya tes rine negatif jika pasien tidak dapat mendengarnya.
2.      Garputala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya secara tegak lurus pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan garputala didepan meatus akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada pasien apakah bunyi garputala didepan meatus akustikus eksternus lebih keras dari pada dibelakang meatus skustikus eksternus (planum mastoid). Tes rine positif jika pasien mendengar di depan maetus akustikus eksternus lebih keras. Sebaliknya tes rine negatif jika pasien mendengar didepan meatus akustikus eksternus lebih lemah atau lebih keras dibelakang.
Ada 3 interpretasi dari hasil tes rinne :
1) Normal : tes rine positif
2) Tuli konduksi: tes rine negatif
   (getaran dapat didengar melalui    
   tulang lebih lama)
3) Tuli persepsi, terdapat 3  
   kemungkinan :
a)      Bila pada posisi II penderita
masih mendengar bunyi getaran garputala.
b)      Jika posisi II penderita ragu-
ragu mendengar atau tidak (tes rine: +/-)
c)      Pseudo negatif: terjadi pada
penderita telinga kanan tuli persepsi pada posisi I yang mendengar justru telinga kiri yang normal sehingga mula-mula timbul.
Kesalahan pemeriksaan yang biasa terjadi pada tes rine dapat berasal dari pemeriksa maupun pasien. Kesalahan dari pemeriksa misalnya meletakkan garputala tidak tegak lurus, tangkai garputala mengenai rambut pasien dan kaki garputala mengenai aurikulum pasien. Juga bisa karena jaringan lemak planum mastoid pasien tebal.
c.       Alat yang Digunakan      :   Garputala
d.      Jalannya Percobaan       :   1. Subjek memegang garputala yang telah
disiapkan, kemudian subjek diminta untuk mengetuk garputala ke besi yang ada pada kursi, lalu posisikan garputala di atas kepala (tidak menempel di kepala / rambut), dengarkan suara garputala sampai dirasa suara tersebut sudah tidak terdengar, pindahkan posisi garputala ke depan teliga, dengarkan dan catat hasil pendengaran.
2. Subjek diminta untuk kembali   
mengetuk garputala pada besi yang ada pada kursi, posisikan garputala dibelakang telinga (tidak menyentuh telinga / rambut), dengarkan suara garputala tersebut sampai dirasa suara sudah tidak terdengar, pindahkan posisi garputala di depan telinga, dengarkan dan catat hasil pendengaran.
e.       Hasil Percobaan              :   Hasil Percobaan Sendiri:
1.      Ada suara dengung / nada garputala
2.      Ada suara dengung / nada garputala yang lebih keras di depan telinga daripada di belakang telinga.
    Hasil Percobaan Sebenarnya:
1.      Suara nada garputala yang sudah tidak terdengar ketika ditempatkan di puncak kepala masih dapat terdengar ketika garputala tersebut ditempatkan di depan lubang telinga.
2.      Suara nada garputala yang sudah tidak terdengar ketika ditempatkan di belakang telinga masih tetap terdengar ketika garputala itu ditempatkan di depan lubang telinga.
a.       Semakin besar garputala maka semakin berat suaranya.
b.      Garputala dan telinga sejajar hantaran suaranya bagus.
c.       Pada orang tua, elastisitas membran thympany kurang bagus, sehingga terkadang indera pendengarannya kurang berfungsi dengan baik.
d.      Membran thympany menggetarkan maleus, incus, stapes, sehingga terdengar suara.
f.       Kesimpulan                      :   Telinga terdiri dari 3 bagian, yaitu: bagian
luar , tengah dan bagian dalam. Bunyi dapat dihantarkan melalui tulang dan udara, untuk membuktikan hantaran mana yang lebih baik digunakan tes rine. Tes rine dilakukan 2 kali dengan menggunakan garputala sebagai alat. Hasil tes dinyatakan positif atau normal karena subjek masih dapat mendengar nada/suara garputala di depan telinga, dan dapat mendengar suara/nada garputala lebih kencang di depan telinga daripada di belakang telinga. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa hantaran bunyi / transmisi lebih baik lewat udara dibandingkan tulang.
g.      Daftar Pustaka                :   Evelyn, C. Pearce. (2000). Anatomi dan
Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia
    Guyton and Hall. (1997). Fisiologi
Kedokteran. Jakarta: CV. EGC
Atkinson. (1983). Pengantar Psikologi.

Jakarta: Erlangga

           Percobaan                              :   Pendengaran (penghantar aerotymponal
    dan craniotymponal pada pendengaran)
           Nama Percobaan                   :   Tempat Sumber Bunyi
           Nama Subjek Percobaan      :   Ajeng Septiana
           Tempat Percobaan                :   Laboratorium Psikologi Faal
a.      Tujuan Percobaan          :   Untuk menentukan sumber bunyi
b.      Dasar Teori                     :   Getaran melalui tulang akan dialirkan ke
segala arah oleh tengkorak, sehingga akan terdengar diseluruh bagian kepala. Pada keadaan ptologis pada MAE atau cavum thympany. contoh: otitis media purulenta pada telinga kanan. Ada cairan  di dalam cavum thympany yang akan bergetar, bila ada bunyi segala getaran akan didengarkan di sebelah kanan.
Interpretasi:
a.       Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan disebut lateralisai ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan dan kiri sama kerasnya.
b.      Pada lateralisai ke kanan terdapat kemungkinannya:
a.       Tuli konduksi sebelah kanan, misal adanya ototis media disebelah kanan.
b.      Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya pada telinga kanan lebih hebat.
c.       Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri terganggu, maka di dengar sebelah kanan.
d.      Tuli persepsi pada kedua telinga, tetapi sebelah kiri lebih hebat dari pada sebelah kanan.
e.       Tuli persepsi telinga dan tuli konduksi sebelah kanan jarang terdapat.
c.       Alat yang Digunakan       :   Pipa Karet
d.      Jalannya Percobaan         :   Subjek duduk dikursi yang sudah
disediakan, kemudian subjek diminta memegang kedua ujung pipa karet dan memposisikannya didepan lubang telinga. Dari belakang subjek, asisten lab akan menekan salah satu bagian pipa karet (kanan / kiri / tengah) kemudian subjek diminta mengatakan kira-kira dari bagian mana sumber suara tersebut berasal (kanan / kiri / tengah)
e.       Hasil Percobaan                :   Hasil Percobaan Sendiri:
    Kanan = kanan
    Kiri = kiri
    Tengah = tengah
    Benar: 3, Salah:0
    Hasil Sebenarnya:
1.      Jika masih bisa membedakan kanan dan kiri = Normal
2.      Membedakan bagian tengah cukup sulit
f.       Kesimpulan                       :   Seperti yang telah kita ketahui, telinga  
terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian luar,    bagian tengah dan bagian dalam. Untuk dapat menguji kepekaan telinga dalam menentukan sumber bunyi dapat dilakukan tes dengan menggunakan pipa karet. Udara dan bunyi yang dihasilkan dari pipa karet berupa getaran akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak, sehingga akan terdengar diseluruh bagian kepala. Jika subjek dapat membedakan sumber bunyi (kanan/kiri/) maka subjek dapat dikatakan normal. Untuk membedakan sumber yang berasal dari tengah cukup sulit dilakukan. Apabila subjek tidak dapat membedakan sumber bunyi hal tersebut dikatakan lateralisasi, yang disebabkan kan tuli konduksi atau tuli persepsi.
g.      Daftar Pustaka                 :   Evelyn, C. (2000). Anatomi dan
Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia
    Guyton and Hall. (1997). Fisiologi
Kedokteran. Jakarta: CV. EGC
Atkinson. (1983). Pengantar Psikologi.
Jakarta: Erlangga



            Percobaan                              :   Pendengaran (penghantar aerotymponal
    dan craniotymponal pada pendengaran)
           Nama Percobaan                   :   Pemeriksaan Ketajaman Pendengaran
           Nama Subjek Percobaan      :   Ajeng Septiana
           Tempat Percobaan                :   Laboratorium Psikologi Faal
a.      Tujuan Percobaan          :   Untuk memeriksa ketajaman pendengaran
b.      Dasar Teori                     :   Pemeriksaan ketajaman pendengaran
merupakan bagian dari pemeriksaan fisik. Cara termudah untuk memeriksa kehilangan daya pendengaran yang berat adalah dengan menutup satu kanalis eksternus dengan gerakan menekan ke dalam pada tragus dan berbisik ke dalam telinga lainnya. Proses mendengar ditimbulkan oleh getaran atmosfer yang dikenal sebagai gelombang suara yang kecepatan dan volumenya berbeda-beda. Gelombang suara bergerak melalui telinga luar yang menyebabkan membrane thympany bergetar. Getaran-getaran tersebut diteruskan menuju incus dan stapes melalui maleus yang terikat pada membrane itu. Karena getaran yang timbul pada setiap tulang itu sendiri, maka tulang akan memperbesar getaran yang kemudian disalurkan ke fenestra vestibuler menuju perilimph
c.       Alat yang Digunakan      :   Stopwatch dan Capimeter
d.      Jalannya Percobaan       :   Subjek duduk pada kursi yang telah
disediakan, kemudian asisten lab yang berada samping subjek akan mulai menyalakan stopwatch yang diposisikan di depan telinga subjek, secara perlahan asisten lab akan menjauhkan stopwatch tersebut dari telinga subjek, subjek diminta mendengarkan dentingan stopwatch lalu mengatakan “stop” saat suara stopwatch dirasa sudah tidak terdengar, asisten lab akan mengukur jarak dengan menggunakan capimeter
e.       Hasil Percobaan              :   Hasil Percobaan Sendiri:
    Kanan: 80 cm
    Kiri    : 58 cm
    Hasil Percobaan Sebenarnya:
1.      Sangat dipengaruhi oleh kebisingan
2.      Rata-rata diatas 50 cm
3.      Biasanya telinga kanan lebih jauh daripada telinga kiri (pengaruh pada otak kanan dan otak kiri)
f.       Kesimpulan                      :   Pemeriksaan ketajaman pendengaran
merupakan bagian dari pemeriksaan fisik. Pemeriksaan ketajaman pendengaran juga dapat dilakukan dengan menggunakan stopwatch dan capimeter. Gelombang suara bergerak melalui telinga luar yang menyebabkan membrane thympany bergetar. Getaran-getaran tersebut diteruskan menuju incus dan stapes melalui maleus yang terikat pada membrane itu. Biasanya jarak pendengaran  telinga kanan lebih jauh yang menandakan ketajamannya semakin kuat. Hal itu dipengaruhi juga oleh otak kanan dan otak kiri. Ketajaman pendengaran setiap subjek berbeda-beda dikarenakan berbagai faktor salah satunya kebisingan
g.      Daftar Pustaka                :   Evelyn, C. (2000). Anatomi dan Fisiologi
untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia
    Guyton and Hall. (1997). Fisiologi
Kedokteran. Jakarta: CV. EGC
Atkinson. (1983). Pengantar Psikologi.
Jakarta: Erlangga



            2.      Percobaan                              :   Keseimbangan
            Nama Percobaan                   :   Kedudukan Mata dan Kepala
            Nama Subjek Percobaan      :   Ajeng Septiana
            Tempat Percobaan                :   Laboratorium Psikologi Faal
a.      Tujuan Percobaan           :   Untuk memahami bahwa cairan endolimph
dan perilimph yang terdapat pada telinga bila bergejolak (goyang) akan menyebabkan keseimbangan seseorang terganggu; memahami bahwa keseimbangan yang terganggu mudah dikembalikan seperti sediakala; melihat adanya nistagmus.
b.      Dasar Teori                      :   Indera pendengaran dan keseimbangan
terdapat di dalam telinga. Telinga manusia terdiri atas tiga bagian, yaitu
1.      Telinga luar, yang menerima    gelombang suara.
2.      Telinga tengah, dimana gelombang suara dipindahkan dari udara ke tulang dan oleh tulang ke telinga dalam.
3.      Telinga dalam, dimana getaran ini diubah menjadi impuls saraf spesifik yang berjalan melalui nervus akustikus ke susunan saraf pusat. Telinga dalam juga mengandung organ vestibuler yang berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan. Telinga bagian dalam merupakan struktur yang kompleks, terdiri dari serangkaian rongga-rongga tulang dan saluran membranosa yang berisi cairan. Saluran-saluran membranosa membentuk labirin membranosa dan berisi cairan endolimph, sedangkan rongga-rongga tulang yang di dalamnya berada labirin membranosa disebut labirin tulang (labirin osseosa). Labirin tulang berisi cairan perilimph. Rongga yang terisi perilimph ini merupakan terusan dari rongga subarachnoid selaput otak, sehingga susunan perilimph mirip dengan cairan serebrospinal. Labirin membranosa dilekatkan pada periosteum oleh lembaran-lembaran jaringan ikat tipis yang mengandung pembuluh darah. Labirin membranosa sendiri tersusun terutama oleh selapis epitel gepeng dikelilingi oleh jaringan-jaringan ikat.
Labirin terdiri atas tiga saluran yang kompleks, yaitu vestibula, koklea (rumah siput) dan 3 buah kanalis semisirkularis (saluran setengah lingkaran). Vestibula merupakan rongga di tengah labirin, terletak di belakang koklea dan di depan kanalis semisirkularis. Vestibula berhubungan dengan telinga tengah melalui fenesta ovalis (fenestra vestibule). Vestibule bagian membran terdiri dari dua kantung kecil, yaitu sakulus dan utikulus. Pada sakulus dan utikulus terdapat dua struktur khusus yang disebut macula acustika, sebagai indra keseimbangan statis (orientasi tubuh terhadap tarikan gravitasi). Sel-sel reseptor dalam organ tersebut berupa sel-sel rambut, yang didampingi oleh sel-sel penunjang. Bagian atas sel tersebut tertutup oleh membran yang mengandung butir-butiran kecil kalsium karbonat (CaCO3) yang disebut otolit. Perubahan posisi kepala yang menimbulkan tarikan gravitasi, menyebabkan akan menyampaikan impuls saraf ke cabang vestibular dari saraf vestibulokokhlear yang terdapat pada bagian dasar sel-sel tersebut, yang akan meneruskan impuls saraf tersebut ke pusat keseimbangan di otak. Ketika kepala bergerak akibat terjadinya perputaran tubuh, endolimph akan mengalir di atas sel-sel rambut. Sel-sel rambut menerima ransangan tersebut dan mengubahnya menjadi impuls saraf. Sebagai responnya, otot-otot berkonsraksi untuk mempertahankan keseimbangan tubuh pada posisi yang baru.
c.       Alat yang Digunakan      :   Diri Sendiri
d.      Jalannya Percobaan       :   Subjek diminta untuk berjalan lurus dengan
posisi normal, setelah beberapa saat subjek diminta berbalik lalu membuang muka ke arah kanan/kiri, lalu dengan wajah menghadap kanan/kiri subjek diminta berjalan kembali. Saat sampai pada posisi awal subjek berjalan perhatikan posisi kaki, apakah sama seperti posisi awal subjek atau tidak.
e.       Hasil Percobaan              :   Hasil Percobaan Sendiri:
    Miring / Tidak Lurus
    Hasil Sebenarnya:
1.      Dalam sikap tubuh biasa praktikan dapat berjalan lurus atau tidak mengalami kesulitan.
2.      Dalam sikap tubuh dengan muka dibuang ke kanan/kiri praktikan tidak dapat berjalan lurus. Biasanya jalan ke kiri/ke kanan (miring).
f.       Kesimpulan                      :   Telinga terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian
luar, tengah dan dalam. Pada bagian dalam telinga terdapat cairan endolimph dan perilimph yang apabila digoncangkan akan berpengaruh pada keseimbangan. Ketika kepala bergerak akibat terjadinya perputaran tubuh, endolimph akan mengalir di atas sel-sel rambut. Sel-sel rambut menerima ransangan tersebut dan mengubahnya menjadi impuls saraf. Pada percobaan diatas, saat subjek berjalan lurus dengan posisi kepala normal subjek dapat berjalan dengan baik dikarenakan cairan endolimph dan perilimph yang terdapat di dalam telinga belum mengalami goncangan, sedangkan setelah kepala digoncangkan subjek berjalan miring/tidak lurus yang dikarenakan terjadinya gangguan keseimbangan yang dibabkankan adanya goncangan pada cairan endolimph dan perilimph.
g.      Daftar Pustaka                :   Evelyn, C. (2000). Anatomi dan Fisiologi
untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia
    Syaifuddin. (2009). Anatomi Tubuh
Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
    Atkinson. (1983). Pengantar Psikologi.
Jakarta: Erlangga



           Percobaan                              :   Keseimbangan
           Nama Percobaan                   :   Kanalis Semisiskularis Horizontalis
           Nama Subjek Percobaan      :   Ajeng Septiana
           Tempat Percobaan                :   Laboratorium Psikologi Faal
a.      Tujuan Percobaan          :   Untuk memahami bahwa keseimbangan
yang terganggu mudah dikembalikan seperti sediakala.
b.      Dasar Teori                      :   Kanalis semisiskularis merupakan 3
saluran bertulang yang terletak di atas belakang vestibula. Salah satu ujung dari masing-masing saluran tersebut menggembung, disebut ampula. Masing-masing ampula berhubungan dengan utrikulus. Pada ampula terdapat Krista akustika, sehingga organ indra keseimbangan dinamis (untuk mempertahankan posisi tubuh dalam melakukan respon terhadap gerakan). Seperti pada vestibula sel-sel reseptor dalam krista akustika juga berupa sel-sel rambut yang didampingi oleh sel-sel penunjang, tetapi di sini tidak terdapat otolit. Sel-sel reseptor disini distimulasi oleh gerakan endolimph. Ketika kepala bergerak akibat terjadinya perputaran tubuh, endolimph akan mengalir di atas sel-sel rambut. Sel-sel rambut menerima ransangan tersebut dan mengubahnya menjadi impuls saraf. Sebagai responnya, otot-otot berkonsraksi untuk mempertahankan keseimbangan tubuh pada posisi yang baru. Terdapat 3 buah kanalis semisirkularis : superior, posterior dan lateral yang membentuk sudut 90° satu sama lain. Masing-masing kanal membentuk 2/3 lingkaran, berdiameter antara 0,8 – 1,0 mm dan membesar hampir dua kali lipat pada bagian ampula. Pada vestibulum terdapat 5 muara kanalis semisirkularis dimana kanalis superior dan posterior bersatu membentuk krus kommune sebelum memasuki vestibulum. Gangguan keseimbangan dapat diakibatkan oleh gangguan yang mempengaruhi vestibular pathway, serebelum atau sensory pathway pada medula spinalis atau nervus perifer. Gangguan keseimbangan dapat menimbulkan satu atau keduanya dari dua tanda kardinal: vertigo – suatu ilusi tubuh atau pergerakan lingkungan, atau ataxiainkoordinasi tungkai atau langkah. Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan orientasi tubuh dan bagian- bagiannya dalam hubungan yang dengan ruang internal. Keseimbangan tergantung pada continous visual, labirin, dan input somatosensorius (proprioceptif) dan integrasinya dalam batang otak dan serebelum.
c.       Alat yang Digunakan      :   Diri Sendiri
d.      Jalannya Percobaan       :   Badan subjek diputar ke arah
kanan/kiri sebanyak 3 kali (untuk laki-laki 5 kali), kemudian subjek diminta untuk berjalan lurus, setelah beberapa saat subjek diberhentikan dan badan subjek diputar kembali sebanyak 3 kali kearah yang berlawanan dari arah saat peratama diputar. Subjek diminta bejalan lurus kembali.
e.       Hasil Percobaan              :   Hasil Percobaan Sendiri:
    1. Pusing
    2. Tidak terlalu pusing
    Hasil Sebenarnya:
1.      Biasanya mengalami kesulitan untuk berjalan lurus / normal karena cairan endolimph dan perilimph terganggu / bergejolak.
2.      Biasanya tidak terlalu mengalami kesulitan untuk berjalan lurus seperti percobaan 1, karena cairan endolimph dan perilimph normal  kembali.
f.       Kesimpulan                      :   Di bagian dalam telinga terdapat cairan
endolimph dan perilimph yang berhubungan dengan fungsi keseimbangan tubuh. Ketika kepala bergerak akibat terjadinya perputaran tubuh, endolimph akan mengalir di atas sel-sel rambut. Sel-sel rambut menerima ransangan tersebut dan mengubahnya menjadi impuls saraf. Sebagai responnya, otot-otot berkonsraksi untuk mempertahankan keseimbangan tubuh pada posisi yang baru. Hal tersebut dibuktikan pada percobaan di atas, dimana subjek merasa puisng pada saat berjalan setelah tubuh diputar untuk pertama kali, sedangkan pada saat berjalan setelah diputar untuk yang kedua kali subjek tidak terlalu pusing. Hal tersebut dikarenakan cairan yang diawal digoncangkan sudah mulai menyesuaikan diri dan normal kembali.
g.      Daftar Pustaka                :   Evelyn, C. (2000). Anatomi dan Fisiologi
untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia
    Syaifuddin. (2009). Anatomi Tubuh
Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
    Atkinson. (1983). Pengantar Psikologi.
Jakarta: Erlangga


            Percobaan                              :   Keseimbangan
            Nama Percobaan                   :   Nistagmus
            Nama Subjek Percobaan      :   Ajeng Septiana
            Tempat Percobaan                :   Laboratorium Psikologi Faal
a.      Tujuan Percobaan           :   Untuk melihat adanya Nistagmus.
b.      Dasar Teori                      :   Nistagmus adalah gerakan mata yang cepat
dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah. Arah dari gerakan tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosa. Nistagmus bisa dirangsang dengan menggerakkan kepala penderita secara tiba-tiba atau dengan meneteskan air dingin ke dalam telinga. Untuk menguji keseimbangan, penderita diminta berdiri dan kemudian berjalan dalam satu garis lurus, awalnya dengan mata terbuka, kemudian dengan mata tertutup. Tes pendengaran seringkali bisa menentukan adanya kelainan telinga yang mempengaruhi keseimbangan dan pendengaran. Selain itu kita bisa secara pribadi mengadakan terapi rehabilitasi vestibular merupakan terapi fisik untuk menyembuhkan vertigo, Tujuan terapi ini adalah untuk mengurangi pusing, meningkatkan keseimbangan dan mencegah seorang jatuh dengan mengembalikan fungsi sistem vestibular. Nistagmus adalah sesuatu gejala yang timbul akibat keseimbangan dalam telinga bagian dalam tergangu sehingga menyebabkan pandangan berkunang-kunang, kepala menjadi pusing. Jika anda melihat seeorang  yang matanya bergerak-gerak cepat, dia mungkin bermaksud tidak baik atau mungkin itu merupakan tanda nistagmus, sebuah kondisi yang melibatkan pergerakan mata di luar kemauan yang menyentak yang bisanya terjadi pada ke dua mata. Nistagmus dapat menyebabkan salah satu atau kedua mata bergerak bolak-balik atas bawah atau bahkan berputar-putar. Pergerakan mata tersebut mungkin terjadi secara terus menerus atau secara berkala dan berlangsung selama beberapa menit atau beberapa jam. Kecuali kondisi itu mempengaruhi pengelihatan mereka atau ada orang lain yang mem-beritahukannya. Orang - orang dengan nistagmus mungkin tidak sadar mereka mengalami kondisi ini. Nistagmus mungkin salah satu penyakit Graves dan juga ada ganguan telinga bagian dalam seperti penyakit meniere.
c.       Alat yang digunakan      :   Diri Sendiri
d.      Jalannya Percobaan       :   Subjek diminta untuk berposisi seperti
rukuk dengan tangan memegang telinga dan lutut secara menyilang (contohnya tangan kanan memegang telinga kiri dan tangan kiri memegang lutut kanan). Kemudian subjek diputar sebanyak 3 kali.
e.       Hasil Percobaan             :    Hasil Percobaan Sendiri: Pusing
                                              Hasil Percobaan Sebenarnya:
1.      Biasanya pandangan menjadi kabur/berkunang-kunang.
2.      Apa yang dilihat menjadi berputar-putar.
Note: 1. Telinga dibagi menjadi 3 bagian yaitu: Bagian Luar, Bagian Tengah, dan Bagian Dalam.
Bagian Luar: Daun telinga, Cuping telinga, Liang telinga, Membran thympany.
Bagian Tengah: MIS (Maleus, Incus, Stapes). MALAS (Martil, Landasan, Sanggurdi)
Bagian Dalam: Rumah siput (koklea), ada 2 macam cairan yaitu: Endolimph dan Perilimph yang membuat kita seimbang ketika berjalan. Pada telinga bagian dalam terdiri 2 ruangan yang berhubungan satu dengan yang lain, ruangan tersebut tidak teratur dan disebut Labyrinth. Labyrinth ada 2, yaitu: 
1.      Labyrinthus Ossesus (dinding tulang)
yang terdiri dari serambi (Vestibrulum), saluran gelung (kanalis cemisceskularis), dan rumah siput (koklea).                            
2.      Labyrinthus  Membranicus (membrane) terdiri dari: sacula, otricula, 3 buah saluran gelung dan rumah siput yang merupakan bagian yang berhubungan dengan sacula donatricula.
f.       Kesimpulan                      :   Nistagmus adalah gerakan mata yang cepat
dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah. Nistagmus merupakan sesuatu gejala yang timbul akibat keseimbangan dalam telinga bagian dalam sehingga menyebabkan pandangan berkunang-kunang, dan kepala menjadi pusing. Nistagmus dapat di timbulkan dengan gerakan secara cepat dan tiba-tiba. Dengan adanya Nistagmus dapat diindikasi bahwa orang tersebut mengalami gangguan telinga bagian dalam atau terkena penyakit tertentu seperti penyakit Graves dan penyakit meniere.
g.      Daftar Pustaka                :   Evelyn, C. (2000). Anatomi dan Fisiologi
untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia
    Syaifuddin. (2009). Anatomi Tubuh
Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
    Atkinson. (1983). Pengantar Psikologi.
Jakarta: Erlangga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar